Assalamualaikum, kali ini saya akan berikan beberapa bacaan doa setelah ruku dan I’tidal sebagai tuntunan bacaan sholat. Bagi kalian yang ingin menyempurnakan sholat sesuai tuntunan Rasulullah SAW, maka sudah seharusnya anda melengkapi bacaan doa sholat anda. Sesuai hadist ““Hendaknya kamu sholat sebagaimana aku sholat.” (Bukhari no: 605)”.
Ada beberapa pembaca yang bertanya perihal apa doa bangun dari ruku’ atau doa setelah ruku dan i’tidal. Sebenarnya, dalam sholat berjamaah, kita sudah sering dengar. Jamaah biasanya membesarkan suaranya dengan mengucap “Sami’allaahu liman hamidah” dan dilanjut ketika tubuh sudah tegak berdiri (I’tidal) dengan doa “Robbanaa wa lakal hamdu”. Itu adalah salah satu dari doa ruku’ yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Berikut bacaan doa dan macam macam bacaan doa setelah ruku’ dan I’tidal.
Doa Bangun Dari Ruku’ (Tasmi’)
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami’allaahu liman hamidah.
Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya. Dalam HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 2/282.
Terkhusus untuk bacaan doa bangun dari ruku’, saya hanya menemukan satu jenis doa ini. Apabila anda mengetahui doa lain, tolong tuliskan di kolom komentar yah. Doa diatas disebut tasmi’
Gerakan lain dari shalat ketika kita berpindah mengucapkan “Allaahuakbar” kecuali pada gerakan bangun dari ruku’. Gerakan bangun dari ruku’ kita mengucapkan bacaan doa diatas yaitu Sami’allaahu liman hamidah. Ini sesuai tuntunan Sholat Rasulullah yang disebut tasmi’.
Ketentuan tentang hal diatas dapat anda temukan menurut perkataan sahabat, yaitu Abu Hurairah “Dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bila berdiri hendak menegakkan shalat, beliau mengucapkan takbir, kemudian bertakbir lagi ketika ruku’, kemudian mengucapkan doa: sami’allahu liman hamidah ketika beliau mengangkat punggung beliau dari ruku’, kemudian membaca -yaitu di saat beliau telah berdiri tegak- rabbanaa wa lakal hamdu.” (Bukhari dan Muslim, no: 392)
Doa Setelah Ruku’ : I’tidal
I’tidal adalah gerakan sholat setelah ruku’, setelah kita bangkit dari ruku’ dan berdiri tegak. Keadaan berdiri tegak dengan pandangan tetap ke titik sujud disebut dengan i’tidal.
Ada beberapa doa doa dalam I’tidal sesuai tuntunan Sholat Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Jumlah bacaan doa I’tidal yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW dan diriwayatkan oleh sahabat adalah 12 doa.
Kenapa doa i’tidal berbeda beda. Menurut anjurannya, Rasulullah dalam keadaan tertentu membaca doa i’tidal yang berbeda beda. Jadi bagi kalian yang ingin seperti itu, kalian bisa beda bedakan doa I’tidal kalian untuk tiap sholat yang berbeda.
Berikut bacaan doa setelah ruku atau doa i’tidal. Silahkan disimak dan di download gambarnya agar anda dapat membacanya untuk dihafal dan dipraktikkan.
Doa I’tidal Pertama
Ini merupakan doa i’tidal dalam bacaan sholat yang paling banyak di baca orang. Rasulullah pun membaca doa i’tidal ini ketika beliau sholat.
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Robbanaa wa lakal hamdu / Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji.
HR. al-Bukhari no. 732 dan Muslim no. 866 dari Abu Hurairah.
Doa I’tidal Kedua
Dalam membaca doa I’tidal dalam sholat Rasulullah, terkadang membacanya tanpa huruf wawu:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Robbanaa lakal hamdu.
Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji. (HR. Bukhari no. 789)
Bacaan I’tidal Ketiga
Selain dua doa i’tidal diatas, sahabat pun pernah menjumpai Rasulullah membaca doa i’tidal kedua, dengan menambahkan kalimat “Allaahumma”, di bagian depannya. Silahkan dilihat dibawah ini.
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Allaahumma robbanaa wa lakal hamdu.
Ya Allah, Rabb kami, bagi-Mu segala puji. (HR. al-Bukhari no. 795 dari Abu Hurairah.)
Bacaan Doa I’tidal Keempat
Hampir sama dengan bacaan I’tidal yang pertama dan kedua, Rasulullah kadang kadang dalam membaca doa i’tidal dalam sholatnya tidak menambahkan wawu pada sebelum ‘lakal hamdu’
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Bacaan : Allaahumma robbanaa lakal hamdu.
Artinya : Ya Allah, Rabb kami, bagi-Mu segala puji. (HR. Muslim no. 902 dari Abu Musa al-Asy’ari.)
Hadist yang menunjukkan bahwa Rasulullah pernah membaca doa i’tidal diatas adalah
Faedah:
Al-Imam an-Nawawi berkata, “Terdapat hadits-hadits sahih yang menetapkan adanya huruf wawu dan tidak dibacanya huruf wawu. Riwayat yang banyak menyebutkan kedua-duanya. Pendapat yang terpilih adalah keduanya dibolehkan, tanpa ada yang perlu ditarjih (dikuatkan).” (al-Minhaj, 4/342).
Bacaan I’tidal Kelima
Doa I’tidal dalam bacaan sholat yang pernah diucapkan Rasulullah, kadang juga menambahkan kelanjutan dari doa yang pertama hingga keempat diatas. Jadi jangan heran kalo ada orang yang membaca i’tidal, doanya ada tambahan Mil-as-samawaati wami-al-ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-ini ba’du.
Berikut doa tersebut:
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Bacaan : Mil-as-samaawaati wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du.
Artinya: Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. (HR. Muslim no. 1067 dari hadits Abdullah ibnu Abi Aufa.)
Bacaan Doa I’tidal Keenam
Selain doa diatas, masih ada lagi doa i’tidal yang panjang dan saya sarankan sesekali atau bahkan lebih baik sering anda baca ketika sholat. Berikut doa i’tidal yang keenam yang kadang kadang Rasulullah juga baca dalam sholatnya. Jadi dibaca dengan menambahkan doa i’tidal yang pertama ataupun kedua atau ketiga atau keempat.
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Bacaan : Mil-as-samaawaati wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du, ahlats-tsanaa-i wal majdi, laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd.
Artinya : Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. Tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Tidak bermanfaat bagi-Mu kemuliaan/kedudukan orang yang memiliki kemuliaan.
(HR. Muslim, Nasai dan Ibn Hibban.)
Bacaan Doa I’tidal Ketujuh
Dan terkadang, Rasulullah SAW juga membaca doa dibawah ini ketika i’tidal dengan menambahkan doa i’tidal yang pertama ataupun kedua atau ketiga atau keempat di bagian awalnya
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Bacaan : Mil-as-samaawaati wa mil-al ardhi wa maa bainahumaa, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du, ahlats-tsanaa-i wal majdi, laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd.
Artinya : Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang ada di antara keduanya, dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. Tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Tidak bermanfaat bagi-Mu kemuliaan/kedudukan orang yang memiliki kemuliaan. (HR. Muslim no. 1072 dari Ibnu Abbas).
Doa I’tidal Delapan – Bacaan Sholat
Rasulullah SAW juga terkadang membaca doa i’tidal dibawah ini, yaitu dengan membaca doa i’tidal yang pertama ataupun kedua, ketiga atau keempat dan menambahkan doa i’tidal dibawah ini.
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Bacaan : Mil-as-samaawaati wa mil-al ardhi wa maa bainahumaa, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du, ahlats-tsanaa-i wal majdi, ahaqqu maa qoolal ‘abdu, wa kullunaa laka ‘abdun, allaahumma laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd.
Artinya : Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang ada di antara keduanya, dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. (Ucapan ini) yang paling pantas diucapkan seorang hamba, dan semua kami adalah hamba-Mu semata. Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Tidak bermanfaat kekayaan bagi orang yang memilikinya (kecuali iman dan amal shalihnya), hanya dariMu kekayaan itu.
(HR. Muslim 1/346)
Doa I’tidal Kesembilan
Selain doa i’tidal diatas, dalam bacaan sholat Rasulullah, beliau membaca doa i’tidal dibawah ini. Membaca doa i’tidal pertama atau kedua atau ketiga ataupun keempat kemudian ditambahkan dengan doa dibawah ini.
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Bacaan : Mil-as-samaawaati wal ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du, ahlats-tsanaa-i wal majdi, ahaqqu maa qoolal ‘abdu, wa kullunaa laka ‘abdun, allaahumma laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd.
Artinya : Sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. (Ucapan ini) yang paling pantas diucapkan seorang hamba, dan semua kami adalah hamba-Mu semata. Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan. Tidak bermanfaat bagi-Mu kemuliaan/kedudukan orang yang memiliki kemuliaan.
HR. Muslim no. 1071 dari Abu Sa’id al-Khudri.
Bacaan I’tidal 10 – Bacaan Sholat
Bacaan doa i’tidal berikutnya yang kadang dibaca Rasulullah dalam sholatnya adalah doa i’tidal dibawah ini. Tidak perlu menambahkan doa i’tidal yang pertama karena sudah ada.
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
Bacaan : Robbanaa wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiihi.
Artinya : Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi di dalamnya.
Wirid I’tidal KeSebelas
Doa i’tidal selanjutnya yang kadang dibaca Rasulullah dalam sholatnya adalah doa dibawah ini.
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى
Bacaan : Robbanaa wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiihi, mubaarokan ‘alaihi kamaa yuhibbu robbunaa wa yardhoo.
Artinya : Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji. Pujian yang banyak, yang baik, yang diberkahi di dalamnya, yang diberkahi di atasnya, sebagaimana Rabb kami senang dan ridha. (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya).
Doa I’tidal Keduabelas
Pernah sekali Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam sholat malamnya membaca doa i’tidal dibawah ini. Rasulullah membacanya berulang ulang hingga lama i’tidal Nabi sama lamanya dengan ruku’ Beliau.
لِرَبِّيَ الْحَمْدُ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ
Bacaan : Li robbiyal hamdu, li robbiyal hamdu.
Artinya : Hanya untuk Rabb-ku segala puji, hanya untuk Rabb-ku segala puji.
Beliau terus mengulang-ulangi ucapan ini, hingga lama berdirinya saat itu sama dengan lama ruku’nya, padahal lama ruku’ beliau mendekati lamanya beliau berdiri pada rakaat yang pertama, yang beliau membaca surat al-Baqarah. HR. Abu Dawud no. 874 dan yang lainnya dari hadits Hudzaifah, dinyatakan sahih dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan al-Irwa’ no. 335.
Aturan Bangkit dari Ruku dan I’tidal
Hal hal yang perlu kalian perhatikan ketika bangkit dari ruku adalah, jangan tergesa gesa. Karena tergesa gesa adalah salah satu kesukaan setan.
Kedua, dalam membaca doa bangkit dari ruku, jangan dibaca ketika anda sudah tegak berdiri, akan tetapi dibaca tepat ketika anda mulai bergerak dari posisi ruku’ ke posisi i’tidal.
Ketiga, ketika mengangkat tangan, seperti pada gambar dibawah ini, jangan terlalu rendah dan tidak usah terlalu tinggi. Menurut anjuran dan tuntunan sholat Rasulullah, ada dua yaitu ujung jari sejajar bahu, atau ujung jari sejajar telinga. Bagi yang wanita, para ulama sepakat lebih baik yang ujung jari sejajar bahu agar kain mukenah tidak tersingkap.
Keempat, ingat untuk selalu tuma’ninah, atau berhenti sejenak sebelum membaca doa ruku ataupun doa i’tidal. Jangan memulai doa I’tidal sebelum tubuh tegak dan mata melihat ke titik sujud.
Jangan tergesa gesa turun setelah doa i’tidal, berhentilah barang sejenak.
Demikianlah artikel tentang doa setelah ruku mulai dari bangkit dari ruku’ dan bacaan doa I’tidal. Silahkan dibagikan keteman teman kalian dan sahabat kalian. Sekarang, mendapatkan pahala itu semudah menggerakkan jari. Jadi share dan bagikan kepada kenalan kalian. Semoga amal ibadah kita diterima di Sisi-Nya.