Selamat pagi pembaca, masih semangat belajar kan. Bagi kalian yang lagi #dirumahaja #belajardirumahaja karena wabah COVID-19 ini, tetap semangat belajar nya yah.
Pertemuan kali ini kita akan belajar tentang salah satu anggota Protista yang mirip tumbuhan. Kita menyebut mereka “Ganggang”.
Pada materi kali ini, ada beberapa poin yang akan kita pelajari, berikut poin poin tersebut.
A. Pengertian Ganggang
B. Ciri ciri ganggang
C. Cara Hidup dan Habitat Ganggang
D. Reproduksi Ganggang
E. Klasifikasi Ganggang
Ayo kita langsung saja masuk ke bagian pertama yaitu pengertian ganggang (algae).
Pengertian Ganggang (Algae)
Sebelumnya kita sudah mengetahui apa pengertian protista. Bagi yang belum tahu, silahkan baca link artikel ini.
Pengertian ganggang adalah organisme protista yang bersifat autotrof akibat memiliki kloroplas.
Hal ini tentu berbeda dengan protozoa ataupun alga hijau biru yang sebelumya kita pelajari pada bagian bakteriologi.
Alga atau ganggang adalah sel eukariotik, sedangkan alga hijau biru adalah sel prokariotik.
Lagi pula ganggang atau alga memiliki kloroplas, sedangkan bakteri khususnya alga hijau biru hanya mempunyai klorosom.
Jadi kalian jangan salah dalam mengidentifikasikan organisme yah. Jangan sampai ketika dia terlihat hijau dan mampu berfotosintesis, semuanya dikatakan itu alga atau ganggang. Alga hijau biru yang ada dalam kelompok bakteri pun mampu berfotosintesis.
Lalu apa pembeda nyata yang dapat memberikan batas yang jelas? Melalui mikroskop, kita dapat membedakan dengan keberadaan inti sel akibat adanya membran inti.
Menggunakan pengamatan langsung, saya rasa protista mirip tumbuhan atau alga ini terlihat lebih mirip tumbuhan (dengan dinding hemiselulosa dan selulosa). Ini jauh berbeda dengan dinding sel bakteri yang tidak mengandung selulosa.
Banyak orang di Bumi yang sering menyamakan antara lumut dan ganggang. Walaupun keduanya sungguh berbeda. Lumut, sudah merupakan tumbuhan walaupun hanya tumbuhan tingkat rendah.
Berbeda dengan ganggang yang hanya Protista yang mirip tumbuhan. Ganggang pun semua anggotanya terendam dalam air. Lumut hanya sebagai kecil saja yang dapat terendam dalam air. Walaupun untuk ini, beberapa tumbuhan tingkat tinggi pun ada yang mampu hidup terendam. Contohnya Sea Grass.
B. Ciri-Ciri Ganggang
Setelah membahas dan menelaah tentang pengertian ganggang, kita masuk ke bagian kedua yaitu ciri ciri ganggang atau alga.
Ciri ciri ganggang dapat diamati pada dua hal utama yaitu bentuk dan ukuran tubuh ganggang dan yang kedua yaitu struktur ganggang atau alga.
Ukuran dan Bentuk Ganggang
Hal yang pertama yang harus teman teman ketahui sebelum terlalu jauh adalah Ganggang atau protista mirip tumbuhan ini adalah sel eukariotik. BUKAN SEL PROKARIOTIK.
Berbeda dengan protozoa yang hanya uniseluler saja, ganggang atau alga dapat berupa uniseluler atau bersel satu dan juga dapat berupa bersel banyak atau multiseluler.
Ganggang sendiri mempunyai ukuran tubuh yang beragam. Ada yang dapat diamati dengan baik hanya ketika menggunakan mikroskop dan ada pula yang berukuran sangat besar (panjang).
Ukuran ganggang mulai dari 8 mikrometer. Ukuran ganggang juga dapat mencapai hingga 60 meter.
Contoh ganggang mikroskopis adalah Synura, Scenedesmus, Volvox, Gloeobotrys, Navicula, Ceratium, Mischococcus, Euglena, Goniochloris, Cyclotella.
Contoh ganggang yang makroskopis, antara lain Turbinaria, Fucus, Palmaria, Corallina, Macrocystis, Laminaria, Spirogyra, Sargassum.
Bentuk tubuh ganggang sendiri mempunyai bentuk yang tetap. Artinya selain mengalami perubahan bentuk karena pertumbuhan dan pembelahan sel, ganggang tidak mengami perubahan bentuk.
Keterbatasan ini tentu saja karena ganggang mempunyai dinding sel. Ini berbeda dengan protozoa yang hanya mengandung membran sel saja.
Bentuk tubuh ganggang mikroskopis uniseluler mempunyai bentuk bervariasi seperti bulat, oval, kotak, segitiga, batang, dan seperti bintang.
Ganggang uniseluler juga ada yang hidup sendiri atau soliter dan ada pula yang mempunyai kemampuan membentuk koloni.
Contoh ganggang soliter adalah Botrydiopsis ariza, Goniochloris sculpta, Chlorella, dan Euglena. Contoh gangang koloni adalah Gonium, Vol, dan Hydrodictyon.
Ganggang makroskop. terdiri atas banyak sel, dengan bentuk tubuh yang bervariasi, yaitu. seperti benang (filamen), lembaran (sheets), menyerupai rumput (grass-like). Selain itu, ada juga ganggang/ alga multiseluler yang mempunyai bentuk seperti tumbuhan tingkat tinggi.
Struktur Tubuh Ganggang
Sesuai namanya, struktur tubuh atau struktur sel gangang atau alga sangat mirip dengan struktur sel tumbuhan.
Kedua duanya mempunyai dinding sel, kloroplas dan mempunyai membran inti.
Walaupun dari segi komposisi yang lebih detail, dinding sel tumbuhan mempunyai perbedaan yang nyata dengan alga atau ganggang.
Dinding sel ganggang ada yang mengandung selulosa, hemiselulosa, silika, kalsium karbonat, polisakarida, pektin algin, agar, dan karagenan. Bahan-bahan tersebut membentuk gel sehingga ganggang terasa berlendir atau seperti karet.
Walaupun begitu, ada sedikit spesies yang tidak mempunyai dinding sel. Contohnya adalah Euglena. Euglena tidak memiliki dinding sel, hanya pelikel yang lentur yang membantu membran sel.
Struktur unik yang terdapat dalam alga atau ganggang adalah organel kloroplas. Bentuk kloroplas pada ganggang juga bervariasi mulai dari bentuk bulat, jali spiral, cakram (diskoid), bintang (star-shaped), seperti mangkuk, dan seperti pita.
Di dalam kloroplas sel terdapat ribosom, DNA, pirenoid, dan klorofil. Jenis klorofil, antara lain klorofil a, klorofil b, klorofil c dan klorofil d, yang semuanya berfungsi untuk fotosintesis.
Ganggang atau alga juga mempunyai pigmen tambahan selain klorofil. Pigmen tambahan tersebut sering disebagai pigmen pembantu dan atau pigmen aksesoris. Campuran klorofil dengan pigmen fotosintentik warna tersebut membuat ganggang terli0 hat beragam.
Pigmen seperti karoten (kuning kemerahan), xantofil (kuning), fikoeritrin (merah), fikosianin (biru), dan fukosantin (cokelat).
Hasil fotosintesis ganggang digunakan untuk metabolisme sel dan kelebihannya disimpan sebagi cadangan makanan di dalam pirenoid.
Cadangan makanan yang disimpan dapat berupa
- amilum,
- protein,
- tepung florid,
- floridosid,
- minyak,
- laminarin,
- paramilon. dan
- leukosin.
Tentu saja selain kloroplas, alga atau ganggang juga mempunyai organel lain seperti pada semua sel eukariotik lainnya.
Organel organel sel seperti ribosom, mitokondria, badan golgi, retikulum endoplasma, dan inti sel.
Beberapa alga atau ganggang juga mempunyai vakuola kontraktil atau vakuola berdenyut yang berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik sel (osmoregulasi).
Pada alga atau ganggang yang mampu bergerak, ada juga yang mengandung bintik merah yang disebut stigma. Stima adalah organel fotoreseptor yang menentukan arah cahaya. Dengan ini membuat ganggang tertentu dapat bergerak secara fototrofik positif.
Beberapa jenis ganggang yang uniseluler memilik satu atau lebih flagela untuk bergerak dan berenang dalam air, misalnya Euglena, Chlamydomonas, Volvox Synura, Ochromonas, Chromulina, Prymnesium, Isochrysis dan Chrysochromulina.
Tadi saya menyebutkan bahwa ada ganggang yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Ganggang tersebut adalah ganggang multiseluler yang hidup menempel pada subsrat seperti batu ataupun pasir.
Struktur ganggang yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi mempunyai:
- Struktur yang mirip akar yang disebut HOLDFAST.
- Bagian tubuh yang menyerupai batang disebut STIPE.
- Bagian tubuh yang menyeupai dau disebut BLADE.
Beberapa jenis ganggang pun memiliki bladder atau pelampung yang berisikan udara. Fungsi Bladder atau gelembung udara pada ganggang adalah agar ganggang tersebut dapat berdiri tegak dan lebih dengan dengan cahaya. Khususnya bagian blade atau mirip daun agar lebih mudah berfotosintesis.
Contoh ganggang multiseluler seperti diatas adalah Sargassum.
Cara Hidup Ganggang
Semua ganggang adalah fotoautotrof yang artinya dapat melakukan fotosintesis. Kemampuan ini adalah turunan atau berada dalam genetik mereka. Bukan hasil asimilasi dengan memakan atau bersimbiosis dengan organisme fotosintetik lainnya.
Ganggang hidup pada habitat yang basah, atau perairan, baik air tawar maupun air laut yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Di dalam perairan, ganggang merupakan penyusun fitoplankton.
Fitoplankton berperan sebagai penyedia bahan makanan dan oksigen bagi organisme lainnya.
Berdasarkan letak dan kebiasaanya di perairan, ganggang dapat dibagi menjadi:
- Neuston, kelompok organisme yang melayang layang pada perairan
- Bentik, kelompok organisme yang melekat di dasar perairan atau melekat pada organisme lain.
Ganggang sendiri sebagai bentik terbagi lagi menjadi beberapa bagian pembeda yaitu:
- epilitik (melekat di batu),
- epipelik (melekat pada lumpur atau pasir),
- epipitik (melekat pada tumbuhan),
- dan epizoik (hidup di atau melekat pada hewan).
Ganggang juga dapat dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya diperairan yaitu:
- Ganggang subaerial, hidup di permukaan air.
- Ganggang intertidal, secara periodik muncul ke permukaan air karena terbawa oleh pasang surut air.
- Ganggang sublitoral, berada di bawah permukaan air.
- Ganggang edafik, hidup di lumpur atau pasir di dasar perairan.
Cara hidup ganggang ada yang soliter atau sendiri sendiri dan ada pula yang membentuk koloni, serta ada juga yang bersimbiosis dengan organisme lain.
Koloni ganggang sendiri dapat terbentuk akibat terjadinya pembelahan biner yang ketika membelah, sel sel ganggang masih tetap berikatan erat . Ikatan tersebut dapat berasal dari untaian sitoplasma, dan dapat pula karena daya lekat matriks gelatin ganggang uniseluler.
Contoh ganggang uniseluler yang membentuk koloni adalah Volvox. Koloni Volvox ini dapat terdiri atas beberapa ratus sel hingga ribuan sel biflagelata (flagela dua).
Peneliti juga menemukan beberapa ganggang yang dapat bersimbiosis dengan baik dan hidup berdampingan dengan organisme lain.
Contohnya Ganggang Zoochlorella yang bersimbiosis dengan salah satu spesies Ciliata (Protozoa) yaitu Paramecium bursaria.
Lichen atau lumut kerak juga merupakan hasil simbiosis antara lumut dengan alga uniseluler.
Ganggang cokelat yang hidup di perairan beriklim sedang, misalnya Macrocystis, dapat tumbuh hingga panjangnya mencapai meter, dan membentuk hutan kelp. Hutan kelp menyediakan habitat dan makanan bagi kehidupan ikan atau organisme laut lainnya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa ciri ciri ganggang adalah:
- Sel eukariotik yang dapat uniseluler ataupun multiseluler
- Mempunyai dinding sel yang lebih menyerupai tumbuhan karena mengandung hemiselulosa dan selulosa
- Mempunyai inti sel
- Mempunyai kloroplas
- Mampu melaksanakan fotosintesis dan membuat kloroplasnya sendiri.
6, Ada yang mampu bergerak dan ada yang tidak
7, Sel uniseluler dapat hidup sendiri dan ada pula yang mampu membentuk koloni - Ukuran tubuh bervariasi dari 8 mikrometer- hingga beberapa puluh meter.
Reproduksi Ganggang
Setelah membahas tentang ciri ciri ganggang dan pengertian ganggang kita masuk kebagian reproduksi ganggang.
Ganggang sebagai salah satu anggota protista mempunyai dua bentuk reproduksi yaitu:
- Reproduksi secara aseksual (vegetatif)
- Reproduksi secara seksual (generatif)
Kemampuan reproduksi diatas, bervariasi. Ada yang mampu hanya satu saja dan ada pula yang dapat melakukan keduanya tergantung kondisi.
Contoh ganggang yang hanya dapat melakukan reproduksi aseksual adalah Euglena dengan melakukan pembelahan biner.
Contoh ganggang yang dapat melakukan kedua jenis reproduksi tersebut adalah Spirogyra.
Spirogyra bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi (pemutusan) sebagian tubuhnya dan bereproduksi secara seksual dengan konjugasi.
Selain kejadian reproduksi atau model reproduksi diatas, ada pula ganggang yang mempunyai dua jenis reproduksi tapi dalam tahap yang berbeda dalam siklus hidupnya.
Perbedaan dalam siklus hidup ini disebut METAGENESIS.
Pengertian Metagenesis adalah pergiliran keturunan antara generasi gametofit (penghasil sel kelamin) dengan generasi sporofit (penghasil spora). Contoh spesies ganggang yang melakukan Metagenesis adalah Laminaria dan Ulva.
Reproduksi Aseksual pada Ganggang
Pada bagian ini, kita akan belajar tentang reproduksi aseksual ganggang sedikit lebih detail.
Reproduksi aseksual pada ganggang terdiri atas 3 macam yaitu:
- pembelahan biner,
- fragmentasi, dan
- pembentukan spora vegetatif
Pembelahan biner
Pembelahan biner dapat terjadi pada ganggang uniseluler. misalnya Euglenoid, Chlorella, dan Pyrrophyta (ganggang api).
Pada Euglenoid, pembelahan biner terjadi secara membujur. Pembelahan diawali dengan pembelahan inti, diikuti pembelahan sitoplasma. Dari satu sel induk akan dihasilkan dua sel anakan yang akan tumbuh menjadi ganggang baru.
b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemutusan sebagian tubuh ganggang. Bagian tubuh yang terlepas dari tubuh induk akan tumbuh menjadi ganggang baru.
Fragmentasi terjadi pada ganggang multiseluler yang berbentuk filamen dan talus. Contohnya Cladophora, Spirogyra, Laminaria, Sargassum, dan Macrocystis.
Pembentukan spora vegetatif
Pembentukan spora vegetatif terjadi di dalam sel induk yang menghasilkan zoospora.
Ketika kondisi lingkungan mendukung dan jumlah makanan cukup, pembentukan spora vegetatif pada organisme ganggang yang mampu melakukan akan terjadi. Spesies ganggang yang mampu melakukan pembentukan spora vegetatif dapat terjadi pada sel uniseluler ataupun multiseluler.
Contoh spesies ganggang yang mampu membentuk spora vegetatif adalah Chlamydomonas, Hydrodictyon, Vaucheria, dan Ulothrix.
Siklus hidup Chlamydomonas
Chlamydomonas dewasa berflagela dan berkromosom haploid (n).
Tahap reproduksi aseksual diawali dengan menghilangnya flagela, kemudian terjadi pembelahan secara mitosis sebanyak dua kali atau lebih sehingga menghasilkan empat sel anak atau lebih,
Sel-sel anak membentuk dinding sel dan flagela menjadi zoospora. Bila dinding sel induk pecah, maka keluarlah zoospora yang dapat berenang. Zoospora tumbuh menjadi Chlamydomonas baru yang haploid (n).
Bila persediaan makanan berkurang atau lingkungannya kering, Chlamydomonas akan bereproduksi secara seksual. Reproduksi seksual diawali dengan pembentukan garnet haploid (n) melalui pembelahan mitosis berulang kali. Gamet lalu dilepaskan dari sel induk.
Terjadi singami antara gamet yang berbeda jenis ((+) dan (-)) yang menghasilkan zigot diploid (2n).Zigot membentuk selubung yang kuat dan resisten, disebut zigospora.
Zigospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan empat individu baru yang haploid (n).
Reproduksi seksual ganggang
Setelah membahas tentang reproduksi aseksual yang dapat dilakukan oleh ganggang, mari kita pindah ke bagian macam macam reproduksi seksual pada ganggang.
Ada tiga macam reproduksi seksual ganggang yaitu:
- Konjugasi
- Singami
- Anisogami
Konjugasi
Reproduksi seksual ganggang yang pertama adalah konjugasi. Pengertian konjugasi adalah proses saling berlekatannya dua individu.
Kedua individu dalam konjugasi tersebut tentu saja haruslah mempunyai spesies yang sama.
Contoh spesies ganggang yang dapat melakukan konjugasi adalah Spirogyra yang berbentuk filamen’
tak bercabang.
Mekanisme konjugasi pada Spirogyra adalah sebagai berikut.
1) Filamen Spirogyra haploid (n) yang berbeda jenis saling berdekatan.
2) Sel-sel yang saling berdekatan membentuk tonjolan yang merupakan jembatan konjugasi.
3) Protoplasma dari sel yang satu (+) berpindah (mengalir) ke sel pasangannya (-).
4) Terjadi plasmogami, diikuti dengan kariogami.
5) Konjugasi menghasilkan zigospora yang diploid (2n).
6) Zigospora (2n) membelah secara meiosis menghasilkan 4 sel haploid (n).
7) Dari 4 sel haploid yang dihasilkan, biasanya hanya satu yang, dapat tumbuh menjadi benang Spirogyra baru.
Singami (isogami)
Cara reproduksi seksual yang kedua adalah Singami atau isogami.
Berbeda dengan konjugasi, isogami atau singami melakukan peleburan antara dua sel gamet yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
Selain kedua sel gamet yang berbeda (positif dan negatif) tersebut melebur, inti sel nya juga bergabung sehingga menghasilkan sel zigot yang diploid (2n).
Contoh ganggang yang dapat melakukan Singami atau Isogami adalah ganggang hijau Ulva.
Anisogami
Cara reproduksi seksual ganggang yang ketiga adalah Anisogami.
Pengertian anisogami adalah pelemburan atau penggabungan dua sel gamet yang berbeda bentuk dan ukuran.
Anisogami dapat dikatakan berbeda dengan isogami.
Dalam Anisogami, gamet betina mempunyai ukuran dan bentuk yang jauh berbeda dengan gamet jantan.
Kedua gamet ini kemudian melebur (bergabung) dan dikatakan terjadi FERTILISASI. Hasil fertilisasi tersebut tentu menghasilkan zigot yang diploid. Contoh ganggang yang dapat melakukan oogami (gamet jantan yang masuk ke dalam gamet betina) adalah Laminaria.
Klasifikasi Ganggang
Setelah mempelajari tentang yang umum umum dari Ganggang atau protista mirip tumbuhan ini, kita masuk ke bagian klasifikasi ganggang.
Para ahli sendiri mengklasifikasikan ganggang berdasarkan:
- Pigmen yang dominan
- Keberadaan dan komponen penyusun dinding sel
- Jenis cadangan makanan yang disimpan
- Keberadaan Flagela
Berdasarkan dasar klasifikasi diatas, beberapa ahli mengelompokkan ganggang menjadi 6 filum yaitu:
- Euglenoid (Euglenophyta),
- Chrysophyta,
- Pyrrophyta,
- Chlorophyta,
- Thaeophyta,
- Rhodophyta
Euglenoid (Euglenophyta)
Filum pertama dari ganggang adalah Euglenoid atau Euglenophyta. Nama Euglenoid diambil dari kata Yunani yang berarti eu atau sejati dan gleen berarti mata.
Pengertian Euglenophyta
Definisi Euglenophyta adalah ganggang uniseluler yang mempunyai bintik mata dan flagela tetapi tidak memiliki dinding sel.
Diatas, adalah pengertian Euglenophyta berdasarkan ciri ciri yang ada dibawah ini
Ciri Ciri Euglenophyta
Teman teman dapat mengambil ciri ciri utama dari pengertian Euglenophyta diatas yaitu:
- Ganggang yang mempunyai kloroplas
- Berflagela sehingga mampu bergerak atau motil
- Memiliki stigma atau bintik mata (reseptor cahaya)
- Hasil fotosintesis berupa polisakarida paramilon
- Mengandung klorofil a, b dan pigmen karoten.
- Dapat hidup sebagai organisme heterotrof ketika tidak memungkinkan berfotosintesis.
Struktur dan Bentuk Euglenoid
Bentuk Euglenoid itu beragam dan sedikit berbeda dengan ganggang lainnya.
Hal tersebut tentu saja karena Euglenoid atau Euglenophyta tidak mempunyai dinding sel, hanya membran sel.
Spesies Euglenophyta sendiri mempunyai flagela yang berfungsi sebagai alat gerak bagi anggota kelompok ganggang ini.
Sebagai penentu arah gerakan, terdapat bintik mata atau stigma. Fungsi stigma adalah sebagai fotoreseptor untuk menunjukkan letak cahaya dan membedakan kondisi gelap dan terang.
Dengan adanya stigma tersebut, Euglenoid disebut bergerak fototaksis positif atau menuju atau mendekati cahaya.
Dinding sel Euglenophyta yang tidak ada digantikan oleh pelikel yang tersusun atas protein. Pelikel ini bersifat fleksibel dan lentur.
Flagela Sel Euglenophyta sendiri umumnya ada dua, satu panjang dan satu pendek. Flagela utama adalah flagela panjang yang digunakan untuk bergerak.
Cara Hidup dan Habitat Euglenophyta
Disebutkan pada bagian awal yaitu ciri ciri Euglenoid atau Euglenophyta bahwa mereka adalah organisme fotoautotrof yang dapat menjadi heterotrof.
Kemampuan perubahan tersebut tidak akan muncul ketika keadaan lingkungannya optimal. Yang artinya, cahaya dan kebutuhan lainnya mendukung.
Ketika keadaan lingkungan tidak mendukung, khususnya cahaya kurang, organisme Euglenophyta akan berubah menjadi organisme heterotrof dan memakan zat zat organik seperti sisa sisa hewan.
Habitat hidup Euglenoid adalah air tawar khususnya air kolam, air danau dan parit sawah. Euglenophyta dapat membelah dengan baik dan bertambah banyak pada perairan yang mengandung banyak kotoran hewan.
Reproduksi Euglenophyta/Euglenoid
Euglenoid melakukan reproduksi aseksual dengan pembelahan biner membujur.
Hingga saat kii telah diidentifikasi sekitar 1.000 spesies Euglenoid. Salah satu spesies yang terkenal adalah Euglena viridis. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, Euglena viridis tampak berwarna hijau. Klorofil tersimpan di dalam kloroplas yang berbentuk oval.
Chrysophyta
Setelah membahas tentang filum pertama ganggang yaitu Euglenophyta, kita masuk ke filum kedua yaitu Chrysophyta.
Pengertian Chrysophyta
Pengertian Chrysophyta adalah ganggang berwarna keemasan (kuning) yang tubuhnya dominan pigmen xantofil.
Secara etimologi, Chrysophyta diambil dari kata Yunani yaitu chrysos atau emas. Tentu saja karena warnanya yang agak kekuning kuningan dan sedikit coklat.
Ciri Ciri Chrysophyta
Ciri ciri utama Chrysophyta adalah:
- Mengandung pigmen xantofil dan fukosantin
- Ada yang berflagela dan ada juga yang tidak berflagela
- Dinding sel mengandung hemiselulosa pektin atau silika.
- Cadangan makanan dalam bentuk lemak dan atau karbohidrat.
- Ada yang uniseluler soliter, uniseluler koloni, dan ada pula yang multiseluler.
- Habitat hidup Chrysophyta di perairan tawar dan perairan air laut.
Cara Hidup Chrysophyta
Cara hidup Chrysophyta semua organismenya adalah fotoautotrof. Walaupun ada sebagian kecil spesiesnya yang mampu menyerap senyawa organik terlarut yang disebut miksotrofik.
Ada pula yang menggunakan pseudopodia untuk menelan partikel makanan dari bakteri.
Klasifikasi Chrysophyta
Setelah membahas tentang pengertian Chrysophyta dan ciri ciri Chrysophyta, kita masuk pada bagian klasifikasi Chrysophyta.
Chrysophyta dikelompokkan menjadi tiga kelas,
- Xanthophyceae,
- Chrysophyceae, dan
- Bacillariophyceae.
a. Xanthophyceae
Salah satu kelas Chrysophyta adalah Xanthophyceae. Xanthophyceae adalah ganggang berwarna hijau kekuningan akibat adanya pigmen klorofil dan xantofil.
Diketahui bahwa tubuh Xanthophyceae adalah multiseluler dan berbentuk filamen bercabang. Selain itu, sel sel yang ada pada Xanthophyceae itu bersifat senositik atau mempunyai banyak inti sel (nukleus).
Xanthophyceae bereproduksi secara vegetatif maupun generatif. Reproduksi secara vegetatif terjadi dengan membentuk zoospora yang selanjutnya tumbuh menjadi filamen baru.
Sementara reproduksi secara generatif yaitu dengan membentuk anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan oogonium yang menghasilkan ovum.
Zigospora akan tumbuh menjadi filamen baru ketika zigospora dihasilkan melalui fertilisasi tersebut. Contoh spesies Xanthophyceae adalah Vaucheria.
b. Chrysophyceae
Setelah Xanthophyceae,kelas Chrysophyta selanjutnya adalah Chrysophyceae.
Chrysophyceae sendiri adalah ganggang yang berwarna coklat keemasan. Pigmen yang dikandung Chrysophyceae adalah pigmen karoten dan pigmen klorofil.
Cadangan makanan yang disimpan oleh Chrysophyceae berupa minyak dan karbohidrat.
Berbeda dengan Xanthophyceae, spesies Chrysophyceae tersusun atas satu sel dan hidup secara soliter atau berkoloni.
Contoh spesies Chrysophyceae yang hidup berkoloni adalah ganggang Synura. Contoh spesies Chrysophyceae yang hidup soliter adalah Mischococcus dan Ochromonas, Selain itu, Chrysophyceae soliter juga dikenal mempunyai flagela dengan bentuk sel seperti bola.
c. Bacillariophyceae (Diatomae atau diatom)
Kelas terakhir dari Filum Chrysophyta adalah Bacillariophyceae atau lebih dikenal dengan istilah “DIATOM”.
Arti Bacillariophyceae diartikan dari bahasa Yunani yaitu bacillus berarti batang kecil dan phykos berarti alga.
Ciri ciri Bacillariophyceae adalah ganggang uniseluler dengan warna kuning kecoklatan dan mempunyai dinding sel unik seperti gelas yang merupakan campuran bahan organik dan silika. Bacillariophyceae dikenal sebagai ganggang kersik.
Karakteristik atau ciri ciri utama diatom juga terletak pada bentuk dinding selnya yang terdiri atas dua bagian yang tumpang tindih. Bagian berbentuk seperti kotak disebut hipoteka. Sedangkan bagian menyerupai tutup disebut epiteka.
Pada hipoteka dan epiteka terdapat pori-pori sebagai tempat pertukaran zat dan gas antara sel dengan lingkungannya. Bentuk dinding sel (cangkang) dan pori- porinya merupakan ciri yang digunakan sebagai dasar klasifikasi diatom.
Diatom menyimpan cadangan makanan dalam bentuk polimer glukosa laminarin dan minyak.
Diatom dapat hidup soliter maupun berkoloni. Beberapa jenis diatom dapat bergerak meluncur karena terdapat interaksi protein kontraktil aktin dengan filamen polisakarida di dalam sitoplasma.
Habitat diatom di air laut, dan ada pula yang hidup di air tawar, misalnya di sawah dan parit. Beberapa spesies diatom dapat membentuk sista ketika kondisi lingkungan memburuk.
Kelebihan lain yang dimiliki oleh diatom adalah daya apung yang baik. Daya apung diatom disebabkan oleh adanya pengaturan atau regulasi ion ion tingkat seluler untuk menahan bobot dinding sel yang relatif berat. Hal tersebut membuat diatom dapat berada di permukaan air untuk berfotosintesis.
Bila diatom sudah mati, maka sisa dinding selnya akan mengendap di dasar perairan dan membentuk fosil yang menjadi penyusun sedimen tanah diatomeseus.
Tanah diatomeseus dimanfaatkan sebagai bahan pasta gigi, bahan penggosok, medium filter (penyaring), campuran semen, isolasi, dan penyerap nitrogliserin pada bahan peledak. Contoh diatom, yaitu Navicula monilifera, Pinnularia sp., Melosira, dan Cyclotella meneghiniana.
Reproduksi Diatom
Diatom dapat bereproduksi secara generatif maupun vegetatif. Reproduksi generatif diawali dengan pembentukan ovum (sel telur) dan spermatozoid yang bersifat ameboid (berflagela satu).
Fertilisasi ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot yang akan tumbuh menjadi diatom baru. Reproduksi generatif dapat pula melalui konjugasi dengan membentuk penonjolan protoplasma sehingga terbentuk auksospora. Auksospora akan tumbuh menjadi individu baru.
Walaupun begitu, spesies spesies diatom diketahui lebih sering melakukan reproduksi vegetatif khususnya pembelahan mitosis.
Mitosis yang terjadi pada diatom sedikit berbeda dengan sel hewan multiseluler. Mitosis tersebut menghasilkan dua anakan yang berbeda ukuran.
Satu anakan mempunyai ukuran yang sama dengan sel induknya. Sedangkan anakan yang lain berukuran lebih kecil.
Hal tersebut karena setiap anakan mempertahankan sebagian dinding sel induknya. Hipoteka dan epiteka mempunyai ukuran bentuk yang berbeda.
Pyrrophyta (Dinoflagellata atau Ganggang Api)
Setelah membahas tentang Chrysophyta dan Euglenophyta, kita akan belajar tentang Filum Pyrrophyta.
Pengertian Pyrrophyta
Secara etimologis Pyrrophyta berasal dari kata Yunani yaitu pyrrhos yang berarti api.
Pengertian Pyrrophyta adalah ganggang uniseluler yang mampu berpendar di malam hari.
Pendaran atau tampak bercahaya tersebut terlihat seperti bintang atau sumber cahaya yang redup.
Pyrrophyta dapat memendarkan cahaya akibat adanya kandungan fosfor dalam sel tubuhnya,
Pyrrophyta sendiri sering disebut Dinoflagellata yang juga diambil dari kata Yunani yaitu Dino berarti berputar dan Flagellum berarti cambuk.
Ciri Ciri Pyrrophyta
Ciri ciri Pyrrophyta adalah:
- Mampu memendarkan cahaya
2, Mempunyai flagela, umumnya dua - Ganggang uniseluler atau sel tunggal.
- Dapat bergerak atau motil
- Anggotanya bervariasi mempunyai pigmen Klorofil a, klorofil c, fikobilin, dinoxantin, dan xantofil
- Dapat bereproduksi secara aseksual
- Sebagian besar fotoautotrof, dan sebagian lagi dapat menjadi heterotrof.
Ada sebagian kecil anggota Pyrrophyta menjadi parasit dalam tahap tertentu pada siklus hidupnya.
Anggota Pyrrophyta juga dapat menyebabkan Blooming yang bersifat negatif atau merugikan bagi manusia dan lingkungan. Hal tersebut karena tidak sedikit anggota Pyrrophyta yang menghasilkan toksin.
Pada musim tertentu, terjadi putaran arus dari bawah laut yang menyebabkan terangkatnya nutrisi dari dasar laut ke permukaan. Hal tersebut menyebabkan populasi Pyrrophyta melimpah (blooming) dan timbul pasang merah (red tide) di laut.
Pasang merah berbahaya bagi organisme laut dan manusia karena ganggang api tersebut menghasilkan racun. Jenis-jenis ganggang api penghasil racun antara lain sebagai berikut.
Contoh Spesies Pyrrophyta
Pfiesteria menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan sistem saraf (neurotoksin). Neurotoksin dapat menyebabkan kematian ikan, udang, kepiting, dan burung. Manusia akan mengalami gangguan kesehatan apabila mengonsumsi produk laut yang terkontaminasi neurotoksin.
Gymnodinium breve menghasilkan racun brevetoksin atau gymnocin A yang menyebabkan keracunan dengan gejala pusing, mual, muntah, dan ataksia (gangguan koordinasi gerakan otot).
Lingulodium polyedrum dan Gonyaulax menghasilkan racun saksitoksin yang dapat menyebabkan muntah, diare, hingga hilangnya koordinasi tubuh jika dikonsumsi manusia.
Gambierdiscus toxicus menghasilkan ciguatoksin.
Namun ada spesies ganggang api yang tidak menghasilkan racun, misalnya Noctiluca scintillans dan Ceratium hirundinella.
Chlorophyta (Ganggang Hijau)
Setelah membahas filum Euglenophyta, Chrysophyta dan Pyrrophyta, kita masuk pada filum keempat dari subkingdom Algae yaitu Chlorophyta atau ganggang hijau.
Pengertian Chlorophyta
Secara etimologi, Chlorophyta ditarik dari bahasa Yunani yaitu Chloros yang berarti hijau.
Pengertian Chlorophyta adalah ganggang yang didominasi oleh pigmen klorofil a dan b dan dominan berwarna hijau.
Chlorophyta juga mengandung pigmen lain selain klorofil a dan b. Pigmen tersebut yaitu karoten yang memberi warna kuning kemerahan dan pigmen xantofil yang juga memberi warna kuning (bisa juga keemasan).
Keunikan Chlorophyta terletak pada pigmen klorofil b yang dimilikinya. Kita ketahui bahwa hanya ada dua Filum yang anggotanya mempunyai pigmen klorofil b yaitu Filum Chlorophyta dan Filum Euglenophyta. Selain itu, hampir semua tumbuhan memiliki pigmen klorofil b ini.
Ciri Ciri Chlorophyta
Berikut adalah ciri ciri Chlorophyta, silahkan disimak:
- Mengandung pigmen klorofil a, b, kadang terdapat xantofil dan juga pigmen karoten.
- Tubuhnya dominan hijau
- Ada yang uniseluler dan multiseluler
- Dinding sel tersusun atas selulosa
- Cadangan makanan dapat berupa amilum, protein dan atau minyak
- Sel uniseluler umumnya berflagela sehingga mampu bergerak (motil).
Bentuk Tubuh Chlorophyta
Chlorophyta mempunyai bentuk tubuh yang beragam. Mulai dari uniseluler hingga multiseluler.
Untuk Chlorophyta uniseluler, mereka dapat hidup sendiri atau soliter dan ada juga yang mampu membentuk koloni.
Chlorophyta multiseluler ada yang berbentuk seperti benang, ada juga yang berbentuk seperti lembaran dan ada pula anggota Chlorophyta yang berbentuk seperti tumbuhan tingkat tinggi.
Reproduksi Chlorophyta
Diketahui bahwa reproduksi Chlorophyta ada dua jenis yaitu reproduksi secara seksual dan reproduksi secara aseksual.
Reproduksi secara seksual Chlorophyta diketahui melalui konjugasi dan peleburan gamet betina dengan gamet jantan.
Reproduksi secara aseksual Chlorophyta diketahui dapat dilakukan dengan cara membelah diri, ada pula yang mampu membentuk zoospora. Dan ada pula yang melakukan fragmentasi atau membentuk spesies baru dari potongan tubuhnya.
Sebagian besar Chlorophyta hidup secara fotoautotrof di air tawar, beberapa jenis lainnya hidup di laut sebagai fitoplankton. Ada pula yang hidup di tanah yang lembap, tembok basah, di salju, atau menempel di tubuh tumbuhan ataupun hewan.
Selain itu, ada juga yang diketahui melakukan simbiosis mutualisme dengan organisme eukariotik. Contoh Chlorophyta yang bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen (lumut kerak), yaitu Trebouxia_dan _Pseudotrebouxia.
Contoh Chlorophyta
Terdapat sekitar 7.000 spesies Chlorophyta yang sudah diidentifikasi, antara lain sebagai berikut.
Chlamydomonas nivalis
Chlamydomonas nivalis, hidup soliter di air tawar, uniseluler, dan memiliki dua flagela. Kloroplas Chlamydomonas nivalis berbentuk seperti magkok, serta memiliki bintik mata dan pirenoid.
Chlamydomonas nivalis bereproduksi aseksual dengan zoospora, dan reproduksi seksual dengan singami.
Chlorella,
Chlorella, uniseluler, sel berbentuk seperti bola-bola kecil, kloroplas berbentuk seperti mangkok, dan hidup di air tawar.
Dinding sel Chlorella terbentuk dari selulosa dan tidak berflagela. Reproduksi terjadi secara vegetatif dengan membelah diri dan membentuk spora.
Chlorella dapat berkembang biak dengan cepat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dibudidayakan untuk diolah menjadi makanan suplemen dan kosmetik.
Chlorella dikenal sebagai PST (protein sel tunggal) dan mengandung 45% protein, 20% lemak, 20% karbohidrat, dan 10% vitamin (riboflavin, vitamin B12, karoten).
Chlorococcum
Chlorococcum, hidup di air tawar, bersifat uniseluler, dan soliter. Kloroplas Chlorococcum berbentuk seperti mangkok.
Volvox
Volvox, koloni berbentuk bola yang tersusun dari sekiti_’ 500 sel dengan dua flagela dan terangkai oleh benar.; sitoplasma.
Volvox memiliki alat kelamin (anteridium dan oogonium) dari sel-sel yang membesar, yang terletak di bagian permukaan koloni. Fertilisasi ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot yang akan tumbuh dan membentuk koloni anak.
Scenedesmus
Scenedesmus, memiliki flagela, dikenal sebagai PST (protein sel tunggal) dan dimanfaatkan untuk produki makanan suplemen.
Hydrodictyon
Hydrodictyon, hidup di air tawar (sering ditemukan di sawah), tidak memiliki flagela dan membentuk kolom seperti jala, kloroplas juga berbentuk jala.
Panjang koloni dapat mencapai 30 cm. Hydrodictyon mengalam: reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora, dan melepas sel koloninya untuk membentuk koloni baru. Reproduksi secara seksual dengan konjugasi.
Spirogyra
Spirogyra, hidup di air tawar (misalnya kolam berbentuk benang bersekat, dan berlendir. Kloroplas Spirogyra berbentuk spiral.
Reproduksi aseksual Spirogyra dengan fragmentasi, dan seksual dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.
Caulerpa taxifolia
Caulerpa taxifolia, hidup di laut, ditemukan di zona pasang surut hingga zona subtidal, merupakan alga yang mengisi ekosistem padang lamun, tinggi mencapai sekitar 10-15 cm, dan bisa tumbuh pada substrat pasir maupun pada batu karang.
Pada umumnya ikan tidak memakan alga ini karena mengandung racun.
Ulothrix
Ulothrix, berbentuk benang, hidup di air tawar atau laut, melekat pada medium dengan holdfast, dan bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi.
Cladophora
Cladophora, hidup di air tawar (sawah, kolam, selokan, sungai), melekat pada medium dengan menggunakan holdfast, berbentuk seperti benang bersekat-sekat dan bercabang, dan kloroplas berbentuk jala. Talus Cladophora lebih kasar dibandingkan Spirogyra.
Oedogonium
Oedogonium, hidup di air tawar, berbentuk benang, dan kloroplas berbentuk seperti jala.
Reproduksi Oedogonium secara aseksual dengan zoospora, dan seksual dengan fertilisasi ovum oleh spermatozoid. Ovum dihasilkan oleh oogonium yang berbentuk menggembung, sedangkan spermatozoid dihasilkan oleh anteridium yang berbentuk pipih.
Anteridium dan oogonium yang berada pada talus yang sama disebut homotalus, sedangkan anteridium dan oogonium yang berada pada talus yang berbeda disebut heterotalus.
Ulva
Ulva, hidup di daerah pasang surut laut atau melekat di substrat padat. Ulva berbentuk lembaran dan mengalami metagenesis isomorfik (sporofit/talus diploid dan gametofit/talus haploid secara stuktural identik). Ulva sering dimanfaatkan untuk sayuran.
Halimeda borneensis
Halimeda borneensis, berbentuk talus bersegmen, tinggi sekitar 7 cm, dan memiliki struktur yang keras karena banyak mengandung kalsium karbonat. Halimeda borneensis dapat ditemukan di pantai pulau Kalimantan pada kedalaman laut 1-5 meter.
Caulerpa racemosa, dimanfaatkan untuk sayuran dan lalapan.
Chara braunii dan Nitella
Chara braunii_dan _Nitella, hidup di air tawar, bentuk talus beruas- ruas dan bercabang mirip tumbuhan tingkat tinggi.
Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan reproduksi secara seksual dengan fertilisasi ovum oleh spermatozoid. Ovum dihasilkan oleh nukul, sedangkan spermatozoid dihasilkan oleh globul. Nukul dan globul terdapat pada ruas-ruas talus.
Phaeophyta (Ganggang Cokelat)
Filum selanjutnya yang akan kita pelajari setelah Chlorophyta adalah Phaeophyta.
Pengertian Phaeophyta
Secara etimologi, Phaeophyta diambil dari kata Yunani yaitu Phaios yang berarti cokelat.
Pengertian Phaeophyta adalah ganggang dominan berwarna cokelat akibat mengandung pigmen fukosantin yang cukup banyak sehingga menutupi warna dari pigmen lainnya.
Phaeophyta mengandung pigmen lain selain pigmen fukosantin yaitu pigmen klorofil a, klorofil c dan juga Xantofil.
Ciri Ciri Phaeophyta
Berikut adalah ciri ciri Phaeophyta, silahkan disimak.
- Ganggang multiseluler yang berbentuk benang ataupun talus
- Dinding sel mengandung pektin dan asam alginat
- Bentuk cadangan makanan Phaeophyta berupa minyak laminarin.
- Reproduksi aseksual Phaeophyta berupa fragmentasi
- Reproduksi seksual dengan isogami atau anisogami.
- Terjadi metagenesis dalam siklus hidupnya (pergiliran fase gametofit dan sporofit)
- Ada yang melekat pada subsrat menggunakan holdfast dan ada pula yang mengapung menggunakan alat pelampung (bladder).
Contoh Phaeophyta
Hingga saat ini, diketahui terdapat sekitar 1000 spesies Phaeophyta. Berikut contoh contoh spesies Phaeophyta
Sargassum ganggang Phaeophyta yang banyak ditemukan di pantai selatan pulau Jawa dan Kepulauan Seribu,
Laminaria digitalis merupakan ganggang penghasil iodin untuk obat penyakit gondok,
Fucus vesiculosus ganggang Phaeophyta yang mempunyai talus berbentuk pipih bercabang dikotom, memiliki kantong udara berbentuk hampir bulat,
Hormosira banksii merupakan ganggang yang mempunyai sebutan “kalung Neptunus”, manfaat ganggang Hormosira banksii adalah sebagai sumber makanan bulu babi, udang, dan ikan.
Nereocystis dan Macrocystis merupakan ganggang Phaeophyta yang diketahui membentuk hutan kelp
Ectocarpus jenis ganggang Phaeophyta yang diketahui mempunyai metagenesis isomorfik
Turbinaria jenis ganggang Phaeophyta (coklat) yang mempunyai blade berbentuk corong, mengandung asam alginat. _Turbinaria hidup menempel di batu-batuan.
Cystoseira sp. jenis ganggang coklat (Phaeophyta) yang tumbuh di zona pasang surut. Cystoseira sp. mempunyai vesikel udara yang membuatnya dapat mengapung, dan blade (mirip daun) berbentuk pipih bercabang.
Padina adalah anggota ganggang cokelat (Phaeophyta)yang mempunyai bentuk blade (mirip daun) seperti lembaran kipas yang berwarna coklat kekuningan. Kamu tak mungkin tidak dapat mengidentifikasi ganggang ini ketika menyelam tidak jauh dari pesisir pantai.
Rhodophyta (Ganggang Merah)
Filum ganggang terakhir yang akan kita pelajari setelah Phaeophyta (ganggang cokelat ) adalah Rhodophyta atau ganggang merah.
Pengertian Rhodophyta
Secara etimologi, Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani yaitu rhodos berarti merah.
Pengertian Rhodophyta adalah ganggang yang dominan berwarna merah karena mengandung pigmen fikobilin dalam jumlah yang cukup besar.
Selain pigmen fikobilin yang terdiri atas fikoeretrin (merah) dan fikosianin (biru), anggota Rhodophyta juga mengandung pigmen klorofil a, klorofil d dan karoten.
Ciri Ciri Rhodophyta (Ganggang merah)
Berikut adalah ciri ciri Rhodophyta atau ganggang merah.
- Tubuh dominan berwarna merah atau kemerahan. Tapi tidak merah seperti merahnya bendera Indonesia yah.
- Mengandung pigmen fikobilin yaitu pigmen fikoeretrin dan fikosianin.
- Mengandung pigmen klorofil d
- Mampu hidup jauh lebih dalam dari filum lainnya
- Mempunyai pigmen yang dapat menyerap energi cahaya yang tidak dapat diserap oleh ganggang lain’
- Ganggang multiseluler
- Dinding sel mengandung selulosa dan pektin
- Ada pula spesies yang dinding sel nya mengandung kalsium karbonat (zat kapur) contohnya Corralina.
- Cadangan makanan berupa tepung florid (bahan agar agar).
- Melakukan metagenesis atau pergiliran keturunan antara gametofit dan sporofit.
Reproduksi Rhodophyta (ganggang merah)
Diketahui bahwa anggota ganggang merah atau Rhodophyta ada yang dapat melakukan reproduksi secara seksual dan ada pula yang reproduksi aseksual.
Reproduksi secara aseksual dengan fragmentasi dan pembentukan aplanospora (spora diam) yang tidak berflagela.
Reproduksi Rhodophyta terjadi secara seksual dengan pembuahan sel telur oleh spermatium di dalam karpogonium. Karena sel gamet tidak mempunyai flagela, maka pembuahan tersebut dibantu oleh arus air.
Contoh Rhodophyta atau Contoh Ganggang merah
Diketahui , terdapat sekitar 5.200 spesies Rhodophyta atau spesies ganggang merah. Berikut contoh contoh spesies ganggang merah atau Rhodophyta.
Palmaria palmata, disebut juga dulse, banyak terdapat di pantai utara laut Atlantik dan Pasifik. Dulse banyak dimanfaatkan untuk makanan sop, salad, dan pizza. Dulse kaya akan vitamin B6, B12, zat besi, fluor, dan kalium.
Chondrus crispus, berwarna ungu kemerahan, banyak terdapat di pesisir laut Atlantik, Irlandia dan Inggris. Talus Chondrus crispus berbentuk pipih, dapat dimakan, serta banyak mengandung albumin, mineral, iodin, dan belerang.
Gigartina mamillosa dan Gigartina acicularis, talus pipih, berwarna kemerahan, untuk pembuatan jeli, agar-agar, dan es krim.
Mastocarpus stellatus, sama seperti Chondrus crispus sering digunakan untuk makanan dan minuman. Mastocarpus stellatus banyak ditemukan di Irlandia dan Skotlandia.
Porphyra, umumnya tumbuh di daerah intertidal, di Jepang biasa digunakan untuk membuat nori sebagai pembungkus sushi.
Corallina officinalis, berwarna merah muda hingga kekuningan, tetapi berubah putih bila kering dan terkena cahaya matahari. Talus beruas-ruas dan banyak mengandung zat kapur, tetapi mudah patah. Corallina officinalis digunakan dalam industri kosmetik.
Eucheuma spinosum, berwarna kemerahan, hijau atau kuning, hidup di pantai yang dangkal, dan banyak dibudidayakan untuk bahan pembuatan agar-agar.
Gelidium robustum, banyak mengandung bahan agar- agar (tepung florid).