Selamat pagi para pembaca, kali ini kita belajar tentang karakteristik sains. Bagi kalian yang sedang mempelajari tentang biologi sebagai sains dan ruang lingkup biologi, postingan ini Insya Allah akan berguna bagi kalian.
Sebelum jauh, saya ulas sedikit tentang apa itu sains.
Sains atau Science (English) diambil dari latin Scientia yang berarti pengetahuan. Walaupun begitu, Sains sendiri diartikan lebih spesifik kepada pengetahuan yang ilmiah, bukan seperti pengetahuan yang asal kita tahu saja.
Lalu pengetahuan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai sains atau apa dasar sesuatu pengetahuan dapat disebut sains.
Nah disini letak karakteristik sains itu sendiri. Ketika pengetahuan tersebut setidaknya mempunyai salah satu karakteristik dari sains maka dapat dikatakan bahwa itu adalah sains.
Jadi apa saja karakteristik sains itu sendiri? Karakteristik sains itu sendiri ada 4 yaitu:
- Rasional
- Objektif
- Empiris
- Akumulatif
Mari kita bahas satu persatu yah agar lebih paham.
Rasional
Rasional merupakan turunan dari kata rasio yang berarti nalar atau mempunyai ukuran ataupun perbandingan. Ketika sesuatu disebut rasional artinya telah diproses menggunakan nalar dan logis dengan mengedepankan semua informasi yang terukur.
Lebih gamblang lagi, Rasional tidak menggunakan fiksi ataupun sesuatu yang tidak mampu dibuktikan sebagai data ataupun acuan untk mengambil kesimpulan.
Sebagai contoh, beredar kabar bahwa penyakit kusta adalah hasil kutukan dari para leluhur. Sebagai seseorang yang rasional dan ilmiah, tidak ada teori ataupun hasil penelitian yang membuktikan bahwa kutukan itu ada sehingga kita harus membuat hipotesis awal atau dugaan sementara bahwa itu salah.
Objektif
Sains tidaklah bersifat subjektif, dia itu objektif. Apa artinya? Artinya, dalam mengamati suatu fenomena dan menganalisis, sains tidak melihat sesuatu itu menggunakan perasaan ataupun intuisi semata, melainkan harus mengikutkan pengukuran yang dapat dilakukan oleh orang lain.
Disinilah kenapa sains harus rasional. Ketika sains tidak rasional maka pasti tidak akan objektif.
Contoh, ketika kita meminum kopi yang ditambahkan gula, menggunakan kata “manis” itu adalah penilaian awal yang subjektif, dalam kegiatan ilmiah, seharusnya tidak mengunakan manis saja, tapi menggunakan ukuran Brix yang merupakan ukuran kemanisan suatu cairan.
Sama halnya dengan mengukur panas benda. Mengatakan sesuatu lebih panas dari sesuatu berdasarkan indera semata juga merupakan hal yang subjektif, walaupun peneliti berusaha untuk tetap objektif dalam pengamatannya. Haruslah menggunakan alat ukur yang sesuai seperti termometer.
Teman teman tentu sudah menangkap apa tujuan dari objektif tersebut. Yah benar, agar terjadi kesamaan dan tidak ada perbedaan bagi siapapun. Hal ini sangatlah penting untuk menjadi salah satu karakteristik sains.
Empiris
Karakteristik sains selanjutnya dapat dikatakan sebagai alat utama agar rasional dan objektif dapat tercapai. Empiris artinya suatu hal tersebut dapat dibuktikan melalui pengamatan dan eksperimen.
Ketika ada pengetahuan yang tidak bersifat empiris, maka pengetahuan tersebut bukanlah bagian dari sains, melainkan pengetahuan semata.
Empiris juga berarti ilmu tersebut dapat ditangkap melalui indera baik secara langsung maupun menggunakan alat bantu. Sebagai contoh, virus yang tidak mungkin kita amati secara langsung. Bahkan menggunakan mikroskop cahaya pun hingga pembesaran 1000 pun akan sangat sulit. Akan tetapi ada fenomena yang aneh dan seragam ketika dilakukan ekspeimen.
Ketika mikroskop elektron ditemukan, virus akhirnya dapat diamati. Akan tetapi walaupun mikroskop elektron tidak ada, virus tetaplah sebuah kebenaran karena fenomena yang terjadi yang dapat diamati dan direka ulang dalam eksperimen.
Akumulatif
Karakteristik sains yang terakhir adalah akumulatif. Pengertian akumulatif disini diartikan sebagai hasil atau kumpulan berbagai informasi yang sebelumnya telah ada dan diteliti.
Jadi sains bukanlah sesuatu yang langsung hadir di dunia dan kita kemudian menyebutnya sains. Setiap teori dan pernyataan yang ada dalam dunia Sains hadir dengan sejarahnya sendiri. Diolah dan diperbaiki dari kesimpulan ke kesimpulan lain.
Kebenaran yang pada waktu lampau bernilai benar yang akhirnya tidak lagi menjadi kebenaran dikarenakan pengukuran dan eksperimen yang lebih baru membuktikan bahwa hal tersebut adalah salah. Sehingga muncul teori baru yang berbeda. Teori tersebut bukanlah muncul begitu saja, melainkan sebagai implikasi atau sebab akibat dari teori yang akhirnya salah tersebut.
Cukup sekian pembahasan kita hari ini, semoga bermanfaat bagi kalian.