Pengertian Antropologi adalah: Sosial, Biologis, dan Modern

0
1946
Pengertian antropologi

Dalam artikel ini, kita akan mempelajari tentang pengertian dan definis antropologi serta berbagai hal dalam antropologi.

Apa pengertian antropologi

Ilmu yang mempelajari tentang manusia secara ilmiah. Ketahui lebih jauh tentang pengertian antropologi dengan membaca artikel dibawah ini.

Apa manfaat belajar antropologi

Ada banyak manfaat mempelajari antropologi, salah satunya adalah mempermudah kita dalam memahami model dan perilaku manusia dari negara dan suku bangsa lain.

Ada berapa tahap perkembangan antropologi?

Ada beberapa tahap, pada dasarnya terbagia atas 4 tahap. Silahkan dicek pada bagian tahap perkembangan antropologi dibawah ini.

A. Etimologi Antropologi

Berdasarkan asal dan arti kata, antropologi berasal dari gabungan dua kata yaitu “antropos” dan “logos“.

Antropos artinya manusia dan logos artinya ilmu. Atas dasar itu, Antropologi dapat didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari manusia“.

Dapat disimpulkan bahwa objek antropologi adalah manusia baik itu kebudayaan dan perilakunya, bahkan keberagamannya.

B. Menurut Para Ahli

Koentjaraningrat

Pengertian antropologi adalah suatu studi mengenai umat manusia dengan mempelajari berbagai bentuk fisik (phisical shape), warna dan budaya (colours and shapes) yang dihasilkan masyarakat.

William A. Haviland

Definisi Antropologi adalah studi tentang umat manusia dan berusaha menyusun generalisasi tentang manusia dari perilakunya (behaviours) untuk mendapatkan pengetahuan

Zerhun Dodda

Pengertian antropologi adalah studi ilmu yang mempelajari tentang manusia.

David Hunter

Definisi antropologi sebagai keilmuan yang lahir dari keingintahuan mengenai manusia

Dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian antropologi diatas, dapat kita simpulkan bahwa memang bahwa pengertian antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia secara ilmiah dan komprehensif.

Pengertian antropologi

C. Perkembangan Antropologi

Ada empat fase perkembangan antropologi dalam sejarah ilmu antropologi yaitu:

  1. Fase pertama (abad 15-18)
  2. Fase kedua (pertengahan abad ke-19)
  3. Fase ketiga (awal abad ke-20
  4. Fase Keempat (setelah tahun 1930)

1. Fase Pertama (abad 15-18)

Dalam perkembangan antropologi, fase pertama ilmu antropologi adalah pada masa kemunculannya, yaitu pada abad ke-15 dan ke-18.

Ketika itu, antropologi dinamakan ilmu tentang manusia. Mempelajari tentang masyarakat (society) luar. Penjelajah Eropa mempelajari suku suku bangsa di tempat lain. Contoh, masyarakat Afrika, Amerika dan juga Asia.

Para penjelajah Eropa membuat etnografi tentang hal hal yang aneh dan deskripsi manusia dan peradapan luar. Barulah ketika hasil temuan mereka dibaca oleh para cendikiawan, dirampungkan dan dianalisis.

2. Fase Kedua (Pertengahan Abad Ke-19)

Berkembangnya para pengikut Darwinian tentang teori evolusi, ilmu antropologi mulai mengikutkan teori Evolusi manusia dalam sejarah perkembangan manusia.

Hal ini membuat adanya hubungan antara tiap ras manusia dengan satu aliran awal.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Perkembangan antropologi selanjutnya dalam sejarah keilmuan, adalah fase ketiga pada awal abad kedua puluh yang ditandai dengan dimulainya riset tentang ras, kebudayaan dan suku bangsa manusia di luar eropa.

Riset tersebut mayoritas karena kepentingan pemerintah kolonial yang ingin melakukan ekspansi wilayah dan ekonomi di luar Eropa.

Melalui riset antropologi tersebut, mereka mampu membuat kebijakan kebijakan dan juga ketentuan ketentuan yang mampu mempertahankan kekuasaan dan memperluasnya.

Note: Abad ke-20 itu mulai tahun 1901 hingga tahun 2000. Jadi awal abad ke-20 itu artinya diatas tahun 1901.

4. Fase Keempat (Setelah Tahun 1930)

Fase perkembangan antropologi yang keempat ditandai dengan meningkatnya intensitas kebencian terhadap penjajahan dan kolonialisasi. Hal tersebut juga diikuti dengan makin menghilangnya suku suku primitif.

Tentu saja, hal tersebut karena perkembangan teknologi yang rapid fast. Oleh karena itu, perkembangan antropologi seperti mengalami kemunduran karena fungsi teknisnya dalam kehidupan mulai berkurang.

Atas dasar itu, para ahli antropologi mulai mencari dan menetapkan tujuan baru antropologi. Salah satunya yaitu untuk memberikan pengetahuan mendalam tentang variasi ras, suku, bangsa dan kebudayaan yang ada di dunia sehingga tercipta perdamaian.

Nah, itu diatas ,4 perkembangan teori antropologi. Bagi kalian yang juga membutuhkan macam macam teori antropologi, silahkan baca dibawah ini.

D. Teori Antropologi

Diketahui dari banyak buku yang tersedia, secara garis besar ada 3 teori antropologi yang mempunyai banyak penganut, yaitu:

  1. Teori Evolusionisme Deterministik
  2. Teori Partikularisme
  3. Teori Fungsionalisme

Kalian bisa lihat ada hyperlink pada ketiga teori antropologi diatas, silahkan dikunjungi untuk pemahaman yang lebih mendalam.

Selain teori, dalam antropologi kita mempelajari jenis antropologi. Jenis tersebut terbagi menjadi cabang dan subcabang.

Antropologi terbagi menjadi dua cabang utama yaitu

  1. Antropologi Fisik
  2. Budaya
  3. Psikologi
  4. Spesialisasi

Berikut penjelasan lebih jauhnya

1. Antropologi Fisik

Pengertian antropologi fisik menurut Haviland adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dair tinjauan biologis.

Artinya, Antropologi fisik berusaha menjawab tentang asal usul manusia dan variasi dan kesamaanya dengan manusia lain dan makhluk lainnya dalam tinjauan biologis.

Dalam Antropologi fisik, para ahli mempelajari dan memperoleh data informasi melalui banyak sumber. Salah satu sumber yang paling sering digunakan adalah fosil fosil makhluk hidup khususnya nenek moyang manusia yang telah lama punah (berdasarkan Darwinisme).

Antropologi fisik ini kemudian terbagi menjadi sub bagian yaitu:

  1. Paleontologi
  2. Somatologi

Silahkan dikunjungi linknya untuk mempelajari lebih jauh tentang sub bidang dalam ilmu antropologi fisik.

2. Antropologi Budaya

Pengertian Antropologi budaya menurut Burke adalah ilmu yang berpusat pada kebudayaan manusia dan cara hidup manusia dalam masyarakat.

Dalam sub bidang antropologi ini, mereka mempelajari tentang bahasa dan penggunaannya, komunikasi yang digunakan dan segala praktek praktek sosial yang terjadi.

Antropologi budaya terbagi terpecah lagi menjadi sub bidang yaitu:

  1. Prehistori
  2. Etnolinguistik
  3. Etnologi

3. Antropologi Psikologi

Selanjutnya masuk ke cabang ketiga yaitu Antropologi Psikologi.

Cabang antropologi ini merupakan cabang yang merupakan penggabungan antara antropologi budaya dan psikologi. Oleh karena itu ilmu yang satu ini cukup kompleks untuk dipelajari.

4. Antropologi Spesialisasi

Cabang yang paling banyak sub cabangnya tentu saja antropologi spesialiasi. Lihat saja daftar dibawah ini.
Mulai dari :
(1) Antropologi kesehatan,
(2) Ekonomi,
(3) Perkotaan,
(4) Kependudukan,
(5) Pendidikan
(6) Hukum, (7) Sosial (8) Forensik (9) Pembangunan (10) Terapan

E. Pendekatan Antropologi

Berikutnya dalam Antropologi, kita juga mempelajari tentang cara cara memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.

Pendekatan antropologi tersebut dapat menggunakan metode:

  1. Pendekatan holistik
  2. Pendekatan Komparatif
  3. Pendekatan Historik

1. Pendekatan Holistik

Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang melihat kebudayaan seutuhnya atau holistik. Artinya, antropolog dalam mempelajari sesuatu tidak memandang sesuatu secara parsial, melainkan menyeluruh.

Pendekatan holistik antropologi membutuhkan waktu yang cukup lama karena hampir semua sisi dipertimbangkan. Aspek seperti sejarah, geografi, teknologi, ekonomi, dan juga bahasa. Dengan begitu, kesimpulan utuh atau generalisasi pada kebudayaan yang kompleks sekalipun.

2. Pendekatan Komparatif

Pendekatan antropologi yang kedua adalah pendekatan komparatif. Pengertian pendekatan komparatif adalah pendekatan yang membandingkan kebudayaan satu dengan lainnya.

Pendekatan komparatif digunakan oleh para antropologist (antropolog) untuk memahami kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis atau masih pra-aksara.

3. Pendekatan Historik

Pendekatan antropologi yang terakhir adalah pendekatan historik. Definisi pendekatan historik adalah pendekatan yang menitik beratkan pada asal usur unsur kebudayaan tersebut. Dengan kata lain sejarah kebudayaan tersebut.

F. Kajian Antropologi

Selanjutnya dalam Antropologi kita juga dapat mempelajari beberapa kajian. Kajian antropologi tersebut yaitu:

  1. Antropologi ragawi
  2. Antropologi Sosial Budaya
  3. Antropologi Etnografi, Etnologi dan Linguistik
  4. Antropologi Prahistori

G. Konsep Antropologi Kebudayaan

Pengertian antropologi – Kita ketahui bersama bahwa dalam Antropologi yang utama adalah kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat Pengertian Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan (ideas), tindakan (actions) serta hasil karya milik manusia yang digunakan dalam kehidupan masyarakat, dimana hal tersebut dijadikan miliknya melalui belajar.

Lebih jauh tentang kebudayaan silahkan baca di link berikut ini

Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli

Ada beberapa karakteristik dari kebudayaan yang membuatnya berbeda dan menjadi hal yang esensial dalam antropologi. Karakteristik kebudayaan tersebut antara lain:

  1. Tingkat keberagaman yang tinggi
  2. Tidak menggunakan transmisi Biologi dalam meneruskan kebudayaan kepada manusia lain
  3. Menggunakan metode pembelajaran dan percontohan dalam penyebaran dan penerusannya
  4. Bersifat dinamis dan nilainya relatif
  5. Terintegrasi dan kepemilikan bersama.

H. Unsur Kebudayaan

Pengertian unsur kebudayaan adalah kesatuan terkecil dari suatu kebudayaan. Mirip mirip pengertian atom yah.

Berdasarkan pendapat ahli, kebudayaan tersusun atas unsur unsur yang berasal dari masyarakat atau ditemukan oleh masyarakat tersebut.

Nah keseluruhan dari unsur kebudayaan diatas, membentuk kompleks kebudayaan. Sistem perkawinan sebagai contoh, adalah salah satu kompleks kebudayaan masyarakat.

Baca lebih jauh tentang kebudayaan pada artikel dibawah Pengertian Kebudayaan Lengkap Penjelasan.

I. Hubungan Manusia Dan Kebudayaan Ditinjau dari Antropologi

Pengertian antropologi adalah – Akal adalah hal yang membedakan manusia dengan kebanyakan makhluk hidup lainnya. Dengan akal budi ini, manusia mampu melakukan analisis mendalam tentang segala sesuatu.

Menggunakan akal tersebut, baik, buruk, benar dan salah dapat kita tentukan. Hal tersebut membuat manusia mampu untuk berkreasi, inovasi, perbaharui, mengembangkan dan meningkatkan semuanya.

Selain sisi positif dari akal, akal juga manusia gunakan untuk sisi negatif. Berbuat jahat dan manipulatif terhadap sesuatu adalah perbuatan jelek yang manusia lakukan dengan akalnya.

Dengan adanya akal ini, secara kolektif dalam masyarkat terciptalah kebudayaan dalam suatu masyarakat. Ada beberapa teori hubungan kebudayaan dengan kepribadian manusia, yaitu:

  1. Teori Empirisme atau environmentalisme
  2. Teori Nativisme atau Naturalisme
  3. Teori Konvergensi

Teori Empirisme atau environmentalisme adalah teori yang dikenal dengan nama aliran optimisme atau positivisme. Teori ini dipelopori oleh John Locke. Teori ini juga disebut Teori Tabula Rasa yang menjelaskan tentang kuatnya pengaruh faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian manusia.

Teori Nativisme atau naturalisme juga disebut aliran negativisme atau pesimisme. Teori ini dipelopori oleh Arthur Schopenhaur. Teori Nativisme adalah teori yang percaya bahwa manusia sejah lahirnya telah membawa banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya.

Teori Konvergensi adalah teori yang menggabungkan teori nativisme dan teori environmentalisme diatas. Teori konvergensi dipelopori oleh Wilheml Stern. Teori ini merupakan perpaduan antara adanya pengaruh lingkungan dan pengaruh lahiriah yang membentuk kepribadian manusia.

Selain tiga teori pembentukan kepribadian manusia dalam hubungan antara kebudayaan dan antropologi, juga diketahui tentang istilah “pattern of culture” yang dikemukakan oleh Ruth Bennedict.

Pattern of Culture atau pola kebudayaan ini menjelaskan bahwa setiap kebudayaan mempunyai pola tempramen yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan dan Biologis. Dengan batasan bahwa tempramen tersebut haruslah dalam konfigurasi domain yang tepat.

J. Manfaat Belajar Antropologi

Manfaat belajar antropologi

Ada beragam manfaat mempelajari antropologi. Tentu saja manfaat ini datang dari informasi yang diperoleh dari kebudayaan dan sejarah manusia yang kita baca dan telaah.

Terdapat banyak kebijaksanaan dalam kebudayaan manusia yang beragam di muka Bumi ini. Bahkan kesalahan dan kegagalan pun menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi kita.

Berikut beberapa manfaat mempelajari antropologi:

  1. Batas toleransi diri terhadap kebudayaan lain meningkat karena mengetahui seluk beluk dan alasannya
  2. Peran manusia dalam suatu masyarakat (society) menjadi lebih jelas
  3. Menambah pengetahuan tentang suku bangsa yang beragam di dunia
  4. Memudahkan kita untuk berpikir solutif terhadap sesuatu karena mempunyai pemahaman tentang banyak kebudayaan dan masalah yang ada dalam banyak jenis masyarakat.
  5. Memberikan kebijaksanaan dalam bersikap dan memimpin suatu masyarakat ataupun organisasi yang plural.

K. Pendapat Terbaru Tentang Antropologi

Antropologi Umumnya didefinisikan sebagai studi manusia secara ilmiah. Tetapi definisi lama ini mengandung sejumlah problem, yang mengilustrasikan diversitas antropologi sekaligus ciri-ciri yang menyatukan.

Permasalahan pertama dari definisi Antroplogi diatas : Walau asal usul antropologi sebagai disiplin yang koheren berakar dalam revolusi Darwinian pada pertengahan abad ke-19, dan karenanya menjadi bagian dari kajian dalam pembelajaran Evolusi, namun perkembangan berikutnya adalah lebih merupakan reaksi terhadap gagasan evolusioner dan progresionis tentang perilaku dan masyarakat manusia.

Perpecahan antropologi menjadi cabang sosial dan biologis yang berbeda bukan hanya mencerminkan respons yang berbeda terhadap perkembangan ide-ide evolusi, tetapi juga merupakan penolakan antropologi sosial terutama terhadap pendekatan murni ilmiah untuk mengkaji manusia.

Kedua, munculnya kritikk feminis menyebabkan adanya kehati-hatian, atau bahkan penolakan, terhadap penggunaan istilah “man” untuk menyebut spesies manusia secara keseluruhan.

Walaupun adalah mungkin untuk menganggap istilah “man” sebagai istilah yang mencakup spesies secara keseluruhan, namun kritik feminis itu setidaknya mengingatkan bahwa sebagian besar pandangan evolusi dan diversitas manusia dilihat dari perspektif lelaki.

Oleh karena adanya perbedaan dan ketidak samaan antara satu cabang dengan cabang dan bahkan subcabang yang lain dalam ilmu pengetahuan, maka kita dapat mempertanyakan kembali “apakah masih ada koherensi untuk menggunakan definisi Antropologi diatas”.

Lebih juah lagi, Kita masih perlu menjawab apa perkembangan seluruh ilmu sosial, manusia, dan kehidupan, belum lagi pendekatan yang lebih humanistik, telah menimbulkan redundansi yang menyebabkan tidak ada tempat yang jelas bagi ilmu antropologi atau karakter yang khas dalam pendekatan antropologi

Jawaban yang positif dapat diberikan dengan menyuguhkan apa-apa yang unik atau mendominasi dalam penelitian antropologi. Dibandingkan cabang ilmu sosial lainnya, antropologi dicirikan oleh penekanannya pada pendekatan komparatif, pada variasi perilaku dan masyarakat, bukan pada norma-norma dalam perilaku dan masyarakat.

Antropologi juga terkenal karena menolak menjadikan masyarakat atau populasi Barat sebagai model kemanusiaan. Kerangka komparatif ini amat penting.

Antropologi sosial sejak lama telah fokus pada masyarakat non-Barat, dan kendati makin banyak minat untuk mengaplikasikan metode dan konsep yang sama ke masyarakat yang ada di wilayah Eropa, namun yang selalu menjadi prinsip adalah pengalaman sosial manusia akan jauh lebih baik jika dilihat sebagai pengalaman yang bervariasi, masing-masing punya logika kebudayaan sendiri-sendiri.

Jadi, masyarakat Barat tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai kultur lain. Bentangan variasi kultural ini menjadi basis bagi kerangka komparatif dalam studi antropologi sosial.
Demikian pula, ahli antropologi biologis, atau antropologi fisik, menggunakan prinsip dan metode biologi untuk memberikan kerangka komparatif jenis lain.

Kerangka itu bisa berupa kerangka evolusioner yang eksplisit, yakni membandingkan manusia dan primata lainnya, atau kerangka yang mengkaji tingkat dan sifat variasi biologis manusia dewasa ini.

Jika arkeologi ikut dimasukkan, maka kerangka komparatif itu akan didasarkan pada waktu yakni bagaimana masyarakat manusia bisa bervariasi seiring dengan perjalanan waktu pra historis dan historis.

Dasar dari semua cabang antropologi adalah kajian atas pemetaan variasi manusia biologis, kultural, dan behavioural dan usaha untuk menjelaskan, menafsirkan, dan memahami pola-pola arah perkembangan manusia dan keunikan-keunikannya.

Penelitian antropologis pada dasarnya dicirikan oleh perspektif global ini. Kerangka komparatif ini menjadi membuat antropologi mampu memengaruhi pemikiran abad ke-20.

L. Masyarakat primitif

Penemuan berbagai macam masyarakat manusia oleh orang-orang Eropa terutama terjadi pada periode tahun 1500 sampai 1900. Bersamaan dengan penemuan ini muncul kebutuhan untuk memahami mengapa dan bagaimana keragaman ini bisa terjadi.

Perspektif evolusi (meski tak selalu perspektif Darwinian) yang dipakai selama akhir abad ke-19 telah menjadi basis pertama bagi kajian ini.

Oleh banyak pemikir yang dipengaruhi Darwin, seperti Herbert Spencer, evolusi dianggap sebagai tangga perubahan progresif, dari organisme primitif menjadi manusia (lihat Sosial Darwinisme). Spesies lain dianggap mengalami hambatan perkembangan dalam skala naturae.

Berdasar pandangan ini, masyarakat manusia dapat ditempatkan pada anak tangga kemajuan itu, dari yang primitif ke yang maju.

Masyarakat Eropa, dan terutama masyarakat industri maju, berada di anak tangga teratas. Masyarakat primitif, karenanya, dapat dilihat sebagai tahapan yang telah dilalui oleh manusia dan masyarakatnya, dan merupakan contoh dari masyarakat yang kurang maju dalam menjalani evolusi progresif.

Sintesis antropologis pertama, seperti yang dikembangkan oleh E. B. Tylor dan L. H. Morgan, memberikan model semacam itu, dengan mengidentifikasi beragam tahap perkembangan misalnya tahap gerombolan manusia purba, barbarisme, peradaban, atau tahap matrilineal dan patrilineal, atau tahap berdasar konsep ekonomi, seperti berburu dan bercocok tanam.

Walaupun paradigma evolusi ini merupakan dasar antropologi modern, kontribusi utama dari para antropolog terhadap ide-ide abad ke-20 secara paradoks berasal dari penolakan terhadap paradigma tersebut.

Karena sejumlah alasan, mulai dari pencarian eksotika sampai kebutuhan akan kekuasaan, antropologi membuka jalan ke observasi dan interaksi antara pengamat Eropa dengan masyarakat yang diamati.

Ini berupa kontak dekat dan langsung, yang melahirkan perkembangan metode observasi partisipan sebagaimana digagas oleh para antropolog seperti B. Malinowski, A. R. Radcliffe-Brown dan E. E.

Evans- Pritchard, yang berbeda dengan perspektif evolusi dan menimbulkan penolakan terhadap gagasan tentang kemajuan dalam masyarakat manusia.

Pengalaman penelitian mendetail terhadap masyarakat non-Eropa menunjukkan bahwa masyarakat itu tidak sederhana dan tidak bisa diklasifikasikan dalam term evolusi.

Misalnya, walaupun secara ekonomi bersifat sederhana, suku aborigin Australia memiliki sistem kekerabatan dan kosmologi yang kompleks. Lebih jauh, dengan mengganti konsep evolusi dengan konsep fungsional, tampak jelas bahwa struktur sosial dan organisasi ekonomi masyarakat non-Eropa tidaklah bersifat primitif, tetapi berfungsi sebagai sistem yang terpadu dalam setting sosial dan environmental tertentu.

Misalnya, masyarakat acephalous di Nuer, Sudan Selatan, yang diteliti oleh Evans-Pritchard, memiliki sistem yang jauh dari primitif dan anarkis, tetapi memiliki masyarakat yang secara sosial berlapis-lapis di mana institusi garis kekerabatan, pola perkawinan, dan sistem peternakannya tertata dengan rapi.

Walau banyak prinsip dari Fungsionalisme banyak yang telah ditinggalkan, gagasan bahwa variasi organsiasi sosial dan ekonomi manusia harus dilihat dalam term situasi ekologis spesifik, tradisi kultural, dan respons alternatif terhadap kondisi itu, masih menjadi gagasan yang penting, dan gagasan itu telah menyebabkan ditinggalkannya pandangan hierarki evolusi dalam masyarakat manusia baik di dalam antropologi maupun di bidang lain.

Dari sini muncul pemahaman tentang tradisi kultural yang independen dan strategi sosial yang berbeda. Hal ini menimbulkan konsekuensi praktis bagi sikap terhadap perkembangan, di mana perubahan tidak lagi dilihat di luar konteksnya, dan juga muncul pemahaman akan bahaya memahami perubahan ekonomi tanpa mempertimbangkan konteks kulturalnya.

Pemahaman ini juga merevolusionerkan sikap terhadap estetika dan seni, yang tampak dalam pertukaran ikon-ikon antara bentuk seni Barat dan seni lainnya.

M. Kultur (Budaya)

Konsep antropologi sentral yang mendasari perubahan pandangan ini adalah CULTURE. Istilah ini mengandung banyak arti dan maknanya kerap berganti seriiring bergantinya waktu.

Dari satu tingkat, kultur mengacu pada karakteristik perilaku yang unik/khas bagi manusia. Istilah kultur juga mengandung gagasan bahwa perilaku adalah sesuatu yang dipelajari dan diajarkan, bukan lahir secara instingtif.

Perkembangan ETHOLOGY telah sedikit melemahkan pandangan itu setelah diketahui ternyata dikotomi dipelajari/instingtif dalam perilaku hewan adalah perbedaan yang tidak valid dan bahwa spesies lain juga mempunyai karakteristik yang dulu dianggap hanya milik manusia (seperti membuat alat), level lainnya, kultur adalah karakter dari kemampuan manusia untuk menciptakan perilaku.

Walau perilaku spesifik mungkin tidak khas hanya ada pada manusia, bagaimanapun juga kemampuan pikiran manusia untuk menciptakan respons yang fleksibel dan hampir tak terbatas melalui potensi simbolis dan linguistiknya telah menjadikan manusia adalah spesies yang berbeda.

Interpretasi atas kultur belakangan ini lebih menekankan pada sumber kognitif dari perilaku manusia. Pada level lainnya ada pandangan bahwa perilaku itu terkait erat dengan relasi sosial dan karakteristik sosial lainnya.

Dan terakhir, hasil dari proses ini adalah fenomena kebudayaan manusia yang dapat diamati secara empiris identitas tersendiri dari masyarakat manusia, yangn dicirikan oleh tradisi kultural yang spesifik.

Pengakuan akan diversitas kultur manusia dan subkulturnya merupakan langkah konseptual utama yang muncul dari praktik antropologi sosial—studi detail terhadap masyarakat tertentu (etnografi).

Di antara implikasi utama dari studi terhadap orang dalam unit-unit kulturai dan konteks kultural adalah pengakuan bahwa orang saling terikat bukan berdasarkan identitas (kesamaan) genetik atau biologis, tetapi berdasarkan tradisi sosial, dan bahwa Etnisitas adalah faktor utama dalam hubungan antara orang dan masyarakat.

Lebih jauh, kultur bukan sekadar akibat pertumbuhan tradisi sosiai, tetapi juga terkait erat dengan seluruh sistem kognitif sehingga pengaiaman kultural ini akan membatasi dan memengaruhi cara pandang orang terhadap dunia.

Independensi tradisi kultural ini memberikan dampak besar terhadap kemampuan komunikasi konsep dan nilai antarmasyarakat yang berbeda-beda.

N. Relativisme kultural

Problem translasi lintas kultur telah melahirkan pandangan tentang relativisme kultural. Dalam satu pengertian, ini adalah reaksi ekstrem terhadap gagasan evolusi progresif, yang menganggap masyarakat dan kultur dapat diurutkan dari masyarakat primitif hingga ke masyarakat maju.

Relativisme kuitural berkembang dalam antropologi sosial sebagai jalan untuk menekankan pada sulitnya membuat perbandingan antar kultur dan tidak adanya kriteria independen untuk membuat penilaian tentang nilai reiatif dari tradisi sosial yang berbeda-beda.

Pada titik ekstrem, relativisme kultural mengandung pendapat bahwa sebuah kultur hanya dapat dilihat di dalam konteks tradisi dan logika kultural itu sendiri.

Pada level praktis, hal ini menimbulkan konsekuensi penting dan positif bagi cara mengkaji problem ras dan etnis, dan juga melahirkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai, sistem pengetahuan dan kosmologi di seluruh dunia.

Efek negatifnya adalah diabaikannya pendekatan komparatif yang menjadi dasar antropologi, melahirkan kecenderungan menuju partikularisme historis, dan menimbulkan pandangan yang mendua tentang universalitas manusia.

O. Kesatuan spesies manusia

Sementara antropologi sosial menolak pendekatan evolusionis yang didasarkan pada pandangan tentang kemajuan masyarakat manusia, ada tren yang agak berbeda muncul di dalam antropologi biologis.

Karya-karya baru tentang sejarah Darwinisme menunjukkan bahwa meski banyak pengikut Darwin melihat adanya elemen kemajuan, tetapi dia sendiri menyadari bahwa kemajuan itu tidak selalu terjadi, dan argumen seleksionisnya memprediksikan adanya diversitas adaptasional bukan perubahan unilinier.

Dan, karena alasan itulah kebanyakan evolusionis di abad ke-19 dan awal abad ke-20 meninggalkan teori seleksi tapi tetap mempertahankan perspektif evolusi.

Namun, konsep evolusi utama dari Darwin modifikasi dalam keturunan memberikan solusi sederhana bagi banyak problem besar, problem monogenesis atau polygenesis.

Penemuan orang yang berbeda-beda di Amerika dan belahan lain dunia telah menimbulkan pertanyaan bagi ilmuwan pra-Darwinian tentang apakah orang-orang itu berasal dari satu leluhur atau makhluk tunggal, atau apakah mereka adalah produk dari beberapa tindakan penciptaan.

Kubu monogenesis menyebut adanya kesatuan semua manusia, sedang polygenesis membuka kemungkinan bahwa beberapa bentuk manusia sebenarnya bukan bagian dari penciptaan manusia yang disebutkan dalam sejarah biblikal (Injil).

Kenyataan adanya evolusi, terlepas dari mekanisme perubahannya, menyebabkan para antropolog mampu menunjukkan bahwa semua manusia berasal dari satu leluhur, dan semua manusia termasuk satu spesies.

Karya-karya biologi selanjutnya menunjukkan fertilitas dari semua manusia. Jadi pendekatan biologi untuk antropologi membuka jalan bagi pandangan dominan abad ini, yakni bahwa manusia itu satu dan memiliki warisan biologis yang serupa, dan kesamaan ini jauh lebih banyak ketimbang perbedaannya.

Penerimaan kesatuan spesies manusia ini sekarang menjadi konsensus dasar yang membentuk basis dari banyak ide yang melampaui gagasan biologi semata.

P. Keragaman manusia

Jika para antropolog sosial fokus pada diversitas bentuk kultural manusia, para antropolog biologis melihat pada diversitas biologis.

Salah satu dampak yang pasti dari struktur proses evolusi manusia adalah bahwa populasi manusia dapat dibagi menjadi unit-unit diskret, merepresentasikan daerah geografis atau tahap evolusi.

Diversitas manusia, terutama dalam ciri- ciri seperti warna kulit (colours of skin) dan bentuk wajah (facial structure), memperkuat pandangan tersebut, dan menjadi basis bagi analisis variasi manusia berdasarkan ras.

Konsep sentral dalam studi diversitas biologis manusia di sepanjang abad ke-19 dan 20 adalah ras. Kebanyakan antropolog memandang bahwa ras manusia merepresentasikan perbedaan dalam manusia yang dimulai sejak zaman purba, dan karenanya ras bisa dilihat sebagai tahap perkembangan, dan ras biologis itu terkait dengan karakteristik sosial dan kultural.

Ras menyediakan kategorisasi manusia secara horizontal (misalnya geografis) dan vertikal (misalnya dalam kurun waktu). Maka, tujuan utamanya adalah mendokumentasikan proses historis ini melalui studi arkeologi dan sampel fosil.

Ras juga dipakai sebagai dasar untuk menjelaskan perbedaan dalam pola-pola perkembangan. Di awal abad ke-20, antropologi sosial meminjam dasar- dasar biologi untuk memperluas gagasan tentang ras dan untuk menopang teori Eugenik dan Sosialisme Nasional

Sampai Perang Dunia II, ras merupakan konsep sentral dalam studi biologi manusia dari perspektif antropologi dan evolusi. Situasi ini berubah total setelah perang, dan bahkan sebelum perang ahli biologi seperti A. C. Haddon dan Julian Huxley telah sangat kritis terhadap pandangan tentang ras itu.

Dalam antropologi yang sekarang, ras tidak lagi dianggap sebagai konsep analitis dan biologis yang berguna. Sebagian alasannya adalah munculnya reaksi menentang penggunaan argumen biologi untuk menjustifikasi tindakan politik.

Yang juga penting adalah perkembangan Neo-DARWINISM yang menunjukkan bahwa tidak ada basis biologis untuk memandang variasi dalam satu spesies sebagai tahap evolusi atau kategori diskret.

Lebih jauh, studi yang lebih langsung terhadap genetika ketimbang variasi fisik telah menunjukkan bahwa variasi geografis amatlah kompleks dan karenanya menunjukkan bahwa ciri-ciri selektif seperti pigmentasi (warna kulit) bukan merupakan kriteria untuk membedakan ras.

Akibatnya, karya terbaru dalam antropologi biologis menunjukkan bahwa ras bukan konsep biologis yang berguna. Antropologi biologis beralih ke upaya menguraikan basis fungsional dan adaptif (penyakit, iklim, ekologi) dari variasi manusia.

Q. Evolusi manusia

Perkembangan genetika modern telah menunjukkan bahwa spesies manusia adalah spesies yang masih baru, bahwa semua manusia modern memiliki leluhur yang sama, dan karena itu setiap pola geografis yang dapat dilihat tidak menandakan perbedaan mendasar dalam diri manusia tetapi lebih merupakan produk dari migrasi dan adaptasi lokal.

Kontribusi antropologi terhadap ide-ide abad ke-20 ini, karenanya, mengembalikan perhatian pada evolusi, tetapi dengan penekanan yang berbeda.

Evolusi tidak menunjukkan perkembangan namun merupakan sumber diversitas, dan alih-alih merunut manusia ke masa silam, pendekatan ini lebih menekankan pada betapa masih mudanya spesies manusia ini dan, karenanya, menekankan pada kesamaan (unity) populasi manusia.

Tetapi, dengan latar belakang ini, para spesialis dalam evolusi manusia juga mendokumentasikan masa kepurbaan (lebih dari lima juta tahun lalu) dan kompleksitas garis keturunan yang beragam yang memunculkan manusia modern sekitar 100.000 tahun lalu.

R. Antropologi modem

Pengertian antropologi – Dengan perkembangan antropologi selama abad ke-20 dan pergeseran menjauhi upaya pendokumentasikan pola historis, para antropolog sekarang mengalihkan perhatiannya pada persoalan yang lebih luas dan semakin memiliki aplikasi praktis.

Pengertian antropologi adalah – Para antropolog sosial mulai memfokuskan pada hubungan antara proses kultural dan ekonomi, politik dan sosiologi, yang lebih menekankan pada aspek kultural dari kognisi. Lebih jauh, perubahan mencolok dalam masyarakat tradisional yang diteliti antropolog telah menyebabkan mereka makin terlibat dalam problem perkembangan dan kelangsungan hidup masyarakat itu, dan antropologi memberi kontribusi pada kesadaran akan hubungan antara kultur dan aspek lain dari perkembangan.

Para antropolog biologis juga semakin banyak meneliti problem penyakit dan gizi dunia ketiga, memberikan pemahaman yang lebih luas tentang aspek populasi dari problem ekologis yang kini dihadapi hampir semua umat manusia di Bumi.

Itulah diatas, artikel singkat tentang antropologi. Semoga ketika anda membaca penutup ini, anda telah mengetahui tentang pengertian antropologi, apa itu antropologi, jenis dan macam antropologi, teori yang ada dalam antropologi dan terakhir manfaat antropologi.

Tetap belajar karena belajar itu mudah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini