Beranda Sosiologi Proses Pelaksanaan Sosialisasi : Proses Sosialisasi

Proses Pelaksanaan Sosialisasi : Proses Sosialisasi

0
Sejarah Perkembangan Ilmu Sosiologi
Sejarah Perkembangan Ilmu Sosiologi

Proses Sosialisasi dan Macam Macamnya

Kali ini dalam learniseasy, kita akan belajar tentang sosialisasi, proses sosialisasi, dan macam macam proses sosialisasi.

Proses pelaksanaan sosialisasi dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak yang melakukan sosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh anggota anggota atau masyarakat baik secara sadar atau tidak secara orang orang yang mempunyai  kewibawaan atas individu individu yang disosialisasi  seperti ayah, ibu, kakak dan orang orang yang berkedudukan sederajat dengan pihak yang disosialisasi seperti teman sebaya, teman sekelas, dan sebagainya.

Biasanya orang orang memiliki kewibawaan melakukan sosialisasi dengan tujuan tercapainya kedisiplinan pihak yang disosialisasi. Nilai nilai dan norma sosial yang disosialisasikan mengandung suatu keharusan yang mesti ditaati. Pihak yang melakukan sosialisasi umumnya memakai kekuasaan dan kewenangannya melalui “Paksaan” atau secara otoriter agar pihak yang tersosialisasi tunduk atau patuh atas nilai nilai dan norma yang disosialisasikan.

Sosialisasi otoriter ini menanamkan tata kelakuan yang harus dipahami oleh orang orang di bawahnya dengan memberikan rambu rambu kekangan dan batasan yang biasanya berlawanan arah dengan apa yang disenangi oleh pihak yang tersosialisasi.

Atas dasar tersebut, maka tata kelakuan yang berbentuk keharusan tersebut ditanamkan ke dalam ingatan dan batin pihak pihak yang tersosialisasi perlu didukung oleh suatu kekuasaan dan kewenangan yang dijadikan sebagai instrumen pemaksaan untuk mencapai tingkat ketaatan tertentu yang diharapkan oleh pihak yang melakukan sosialisasi. Hal tersebut dapat dilaksanakan agar pihak yang tersosialisasi contohnya anak anak mewarisi nilai nilai dan norma sosial atau tata kelakuan demi kelangsungan kehidupan sosial yang tertib.

Dengan demikian, sosialisasi bukanlah sekedar proses menyebarluaskan informasi dalam rangka memengaruhi seseorang atau publik agar berbuat sesuatu seperti mengajar, menggembleng, mengumumkan, memberikan doktrinasi saja akan tetapi dalam proses sosialisasi tersebut seseorang atau publik dapat diberikan kesempatan untuk membangun dirinya, sebab sosialisasi tidak hanya sekedar memberi tahu tentang suatu hal saja, akan tetapi memberikan proses pendewasaan dan pematangan kepribadian seorang individu ataupun publik atau masyarakat.

Orang orang yang menerima sosialisasi tidak hanya sekedar diajari tentang bagaimana cara bertindak terhadap pola pola tertentu akibat adanya imbalan atau reward atau hukuman atau punish, tetapi karena adanya kesadaran diri untuk menjadi lebih maju atau menjadi lebih dewasa.

Oleh sebab itulah, anak didik diperbolehkan mengembangkan dirinya sesuai dengan kemungkinan yang ada. Ia dilatih atau dibiasakan untuk belajar mempertanggung jawabkan tindakannya di masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi selain pihak pihak baik secara individu maupun kelompok yang tersosialisasi dimasyarakatkan, ia juga berstatus sebagai pihak yang dipribadikan.

Proses Sosialisasi: Sosialisasi Represif

Dalam pelaksanaannya, sosialisasi dilakukan dengan cara sosialisasi represif, dan sosialisasi partisipasi.

Pengertian sosialisasi represif adalah sosialisasi yang di dalamnya terdapat sanksi jika pihak pihak yang tersosialisasi seperti anak atau masyarakat melakukan pelanggaran.

Contoh sosialisasi represif adalah orang tua yang memberi hukuman fisik kepada anak yang dianggap melakukan pelanggaran atau aparat kepolisian menangkap pengguna narkoba. Sosialisasi seperti ini umumnya menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan agar pelanggar memiliki kesadaran kembali akan kesalahannya dan memberitahukan kepada pihak lain agar tidak meniru perbuatan para pelanggar tersebut.

Sosialisasi represif umumnya bercirikan kepada penekanan kepatuhan, penekanan pada komunikasi satu arah (instruksi), dalam arti pihak yang tersosialisasi mau atau tidak harus begitu. Beberapa ciri sosialisasi represif diantaranya.

  1. Menghukum perilaku yang dianggap keliru, contohnya negara melalui pengadilan memberikan vonis kepada pelanggar hukum, orang tua menghukum anak yang melakukan kesalahan, pihak sekolah yang menyetrap siswa yang bandel dan sebagainya
  2. Hukuman dan imbalan (punish and reward). Hukum dijatuhkan kepada pelanggar selain agar pelanggar menyadari kesalahannya dan mengubah langkahnya menjadi baik, juga menyadarkan orang lain bahwa tindakan itu adalah salah, sedangkan imbalan digunakan sebagai perangsang agar seseorang atau sekelompok orang melakukan perbuatan tersebut agar perbuatan itu dianggap baik, prestasi dan semacamnya.
  3. Kepatuhan anak
  4. Komunikasi sebagai perintah. Komunikasi sebagai perintah umumnya terjadi dalam kelompok kelompok sosial yang menerapkan sistem otoriter. Dalam sistem ini, segala bentuk komunikasi antara atasan dan bawahan adalah perintah ataupun titah yang harus dijunjung tinggi oleh bawahan.
  5. Sosialisasi berpusat pada orangtua. Dalam hal ini, orang tua seringkali memposisikan dirinya sebagai pusat kebenaran bagi anak anaknya. Sehingga menurut mereka kata orang tua selalu benar.
  6. Anak memerhatikan keinginan orangtua
  7. Keluarga merupakan dominansi orang tua (significant order). Keadaan seperti ini dapat anda temukan pada lingkungan keluarga bangsawan dimana dalam keluarga tersebut terdapat dominasi orang tua terhadap anak sangat tinggi.

Proses Sosialisasi: Sosialisasi Partisipatif

Pengertian sosialisasi partisipatif adalah sosialisasi yang berupa rangsangan tertentu agar pihak yang tersosialiasi mau melakukan suatu tindakan misalnya hadiah.

Contoh perlakuan dalam sosialisasi partisipatif sebagai berikut:

  1. Memberikan imbalan bagi perilaku yang baik
  2. Hukuman dan imbalan bersifat simbolis. Hukuman yang diberikan kepada seseorang dalam sosialisasi partisipatif untuk memberikan efek jera kepada pelanggar untuk tidak berbuat kesalahan lagi.
  3. Otonomi pihak yang disosialisasi. Contohnya seorang anak yang diberikan kebebasan menentukan jalan hidupnya sendiri dikarenakan keyakinan bahwa dengan adanya dominansi dari orang tua akan membuat kecerdasan anak tersebut berkurang.
  4. Sosialisasi berpusat pada anak. Sosialisasi semacam ini umumnya terjadi dalam suatu keluarga yang orangtuanya memiliki kesamaan kejiwaan dengan anak. Sehingga orang tua akan menyesuaikan keinginannya dengan keinginan anaknya.
  5. Orang tua memerhatikan keinginan anak
  6. Keluarga merupakan kerja sama ke arah tujuan
  7. Komunikasi sebagai interaksi. Yang dimaksud komunikasi sebagai interaksi adalah dalam komunikasi sosialisasi partisipatif, terdapat adanya timbal balik antara take and give. Dalam pola pola komunikasi seperti ini terdapat hubungan antara pihak pihak yang melibatkan dirinya dalam proses tersebut sama sama mempunyai kesempatan dalam mengutarakan pendapat.

Proses Sosialisasi Ekualitas

Dilain pihak, proses sosialisasi juga dapat dilakukan atas dasar kesamaan dan kooperasi antara pihak yang melakukan sosialisasi dengan pihak yang disosialisasi. Proses ini disebut proses sosialisasi ekualitas.

Pengertian sosialisasi ekualitas merupakan proses sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak pihak yang mempunyai kedudukan sederajat. Dalam proses sosialisasi ekualitas ini tidak ada proses “Paksaan” dengan memakai otoritas dari pihak yang disosialisasi, melainkan pihak yang disosialisasi diajak untuk memasuki suatu hubungan kerja sama secara koordinatif dan kooperatif. Selain itu, proses sosialisasi ekualitas tidak dikenal dengan pola pola dimana “anak anak” harus dididik untuk tahu tata aturan, berdisiplin dengan cara dikekang agar berdisiplin, akan tetapi karena pihak yang disosialisasi berkedudukan sama derajat, maka tata kelakuan yang diadakan semata mata adalah untuk kepentingan bersama.

Oleh karena itu, proses sosialisasi ekualitas lebih banyak dilakukan untuk mengatur interaksi kepentingan bersama. Apabila sekelompok anak sedang bermain di taman bermain, maka di dalam permainan tersebut anak anak diajarkan bagaimana tata cara melakukan permainan tersebut berdasarkan aturan yang berlaku.

Maka dalam proses sosialisasi ekualitas tujuan dari proses ini bukan pengarahan bagi pihak yang disosialisasi, tetapi lebih kearah pada kemungkinan dilaksanakan suatu permainan bersama demi kepuasan bersama. Terlepas dari bentuk sosialiasasi tersebut, apakah sosialisasi represif, sosialisasi partisipatif dan sosialisasi ekualitas yang terpenting dari proses sosialisasi adalah untuk mematangkan atau mendewasakan sikap dan perilaku pihak yang tersosialiasasi.

Demikianlah artikel tentang proses sosialisasi: Proses pelaksanaan sosialisasi dalam ilmu sosiologi.

Sumber  Artikel :

Pengantar Sosiologi| Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya (2011) oleh Elly M. Setiadi dan Usman Kolip diterbitkan oleh Kencana di Jakarta.

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version